Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belenggu Dingin

18 Februari 2021   06:43 Diperbarui: 18 Februari 2021   06:53 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dingin menusuk tubuh ini seperti ribuan jarum di pagi hari..
Rasanya malas tuk beranjak dari penjara mimpiku..
Di kekang oleh selimut kehangatan..
Bertamengkan badan ke tempek tak banyak lemak..
Ku terus di belenggu oleh kemalasan pagi..
Sampai saat jam berdering kencang..
Memaksaku tuk berontak... Sampai 3 kali..
Baru ku lepas sepenuhnya..
Tapi jerat dan belenggu dingin masih mengelilingi di saat ku mandi..
Sampai ku bisa keluar dari jerat itu dulu..
Karena angin pun membantu untuk memperkuat belenggu dingin itu..
Saatku mengayuh sepedaku..
Tiba-tiba seberkas sinar keemasputihan..
Menyengat.. Seolah jarum-jarum dingin itu musnah dari separoh tubuhku..
Dalam belenggu ku berdoa..
Moga seberkas mentari pagi ini..
Membawa pembaruan hidupku..
Tuk kembali padaNya..
Menyongsong nya.. Bersama masa depan kabutku..
Hanya kau yang tahu tuk melepaskan belenggu ini..
Di saat waktu terus menggilas ku..
Tuk keluar dari zona nyaman yang berkompromi dengan dingin..
Menghadapi tantangan dunia di tengah pandemi ini...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun