Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Kompasianer

Kompasianer of The Year 2019 | Part of Commate KCI '22 - Now | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Berapapun Gaji Apapun Pekerjaannya Suami Jangan Menganggur

23 Mei 2025   10:52 Diperbarui: 23 Mei 2025   16:41 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tetangga masa gitu ; sumber pikiran rakyat

Saat melintasi jalan raya di daerah Tangerang Selatan, sebuah truk dengan kecepatan sedang mendahului roda dua saya. Sehingga posisi saya di belakang truk, bisa membaca tulisan di bak bagian belakang. Yaitu "Harga Diri Lelaki Adalah Bekerja", yang kemudian saya amini.

Soal lelaki yang bekerja untuk menafkahi keluarga, sudah menjadi kewajiban yang tak perlu dibantah. Sunatullah telah mengaturnya, demi kebaikan manusia itu sendiri. Pengabaian atas tugas itu, justru membuat lelaki kehilangan harga diri.

Lelaki dianugerahi kekuatan fisik lebih dari perempuan, demi menjalankan tugas dan perannya. Memeras keringat membanting tulang, demi menafkahi istri dan anak-anaknya.  Lelaki diamanahi peran yang luar biasa, yaitu menjadi kepala keluarga.

Kepala letaknya di tubuh bagian atas, maka lelaki menjadi qowwam/ pemimpin keluarga. Tugas yang tak bisa diganggu gugat, jadi musti diperjuangkan sekuat tenaga. Untuk penghormatan yang tidak main-main, lelaki harus menjaga amanah sebaik-baiknya.

Malu kalau hanya berpangku tangan, menelantarkan istri dan anak-anak. Sikap yang tak terpuji ini, akan merugikan di kemudian hari. Kelak akan diingat anak istri, kalau kepala keluarga tak segera berbenah diri.

Sesungguhnya, yang membuat istri bahagia sederhana. Bukan sekadar besaran gaji, bukan jenis pekerjaan dilakoni suami. Tetapi kesungguhan suami berusaha, cukuplah menunjukkan tanggung jawab sebagai kepala keluarga.

Karena dengan tetap bekerja, sejatinya lelaki sedang menjaga qowwamah-nya (jiwa kepemimpinan). Dan lelaki seperti ini, pantas dihormati disayangi anak istri. Soal besaran perolehan, tiada yang tahu di hari depan.

Asalkan lelaki giat berkerja, tekun dan telaten menjalaninya. Bekerja jujur penuh dedikasi, niscaya semesta mempunyai perhitungan sendiri. Kalau dipikir mendalam, tiada yang sia-sia setiap kejadian di muka bumi ini.

Intinya adalah, berapapun gaji apapun pekerjaannya suami jangan menganggur.

--- --- ----

Kompasianer, mungkin ingat serial komedi "Tetangga Masa Gitu". Sebuah serial ditayangkan televisi swasta, mengisahkan dua keluarga muda yang bertetangga.

Sebagai sebuah tontonan, akting pemainnya jempolan berhasil menghidupkan karakter. Setiap karakter saling mengisi, membuat ceritanya menarik untuk diikuti.

tetangga masa gitu ; sumber pikiran rakyat
tetangga masa gitu ; sumber pikiran rakyat

Satu karakter utama bernama Adi, kerap membuat saya jengkel dan gemas. Adi digambarkan sebagai lelaki lemah, sangat mengandalkan istrinya (Angel) di segala hal. Adi sukarela mengurus rumah, sementara angel bekerja di kantor pengacara.

Banyak scene membuat geram, karena Adi tidak bisa mengambil Keputusan. Misalnya saat membayar listrik, iuran lingkungan, membayar tagihan sampah bulanan. Semua dibebankan ke istrinya- Angel, bahkan Adi tak malu minta uang jajan harian.

Angel dengan kesal, terpaksa memberi uang meski sembari mengomel. Tampak tiada rasa hormat, Angel ke Adi suaminya atas kebiasaanya bergantung.

Membuat karakter adi di mata saya, bukanlah sosok pria dewasa yang patut diikuti. Karakter Adi adalah contoh, lelaki tak punya harga diri tetapi menikmati keadaan itu.

Berapapun Gaji Apapun Pekerjaannya Suami Jangan Menganggur

ayah bekerja apapun untuk menjemput nafkah- dokpri
ayah bekerja apapun untuk menjemput nafkah- dokpri

Jujur, saya pernah mendapati karakter Adi di kehidupan sehari-hari. Suami yang dulunya bekerja, kemudian terkena PHK karena kurang perform. Setelahnya lelaki ini malas- malasan, tak mau berusaha mencari pekerjaan.

Dengan aneka alasan, ujung- ujung berantem dengan istri. Lama- lama istri capek berdebat, memutuskan banting tulang sendirian. Jualan ini dan itu, menawarkan jasa urus surat- surat penting ke warga sekitar tempat tinggal.

Anak- anaknya yang beranjak besar, melihat keadaan sehari- hari di depan mata. Punya ayah tak berpenghasilan, makan dari hasil istri bekerja. Tak pelak anak-anak sayang ibunya, sedang ke ayahnya bersikap cenderung cuek.

Suatu saat si anak -- saat itu SMA-- berujar, "sing penting ayah mau kerja, sebenarnya sudah cukup. Berapapun gajinya tidak masalah". Sekilas saya mendengar ucapan itu, bisa merasakan kekecewaan yang sangat.

-----

ayah yang peternak sapi- dokpri
ayah yang peternak sapi- dokpri

"Apapun pekerjaannya, berapapun gajinya, intinya laki-laki nggak boleh nganggur"

"Uang tidak dibawa mati, tetapi pria tanpa uang bisa jadi tidak dihormati"

"Saat ini kamu Lelah, tapi tidak menyerah itu saja sudah hebat"

(postingan akun @a**skaki**)

Judul artikel ini, terinspirasi dari postingan sebuah akun motivasi di instagram. Kali pertama membaca, saya dibuat terpesona karena kalimatnya sangar mengena. Qowammah saya tergugah, semakin semangat memanggul amanah menjadi kepala keluarga.

Postingan tersebut menegaskan fitrah laki- laki, yang sama sekali tidak boleh diabaikan. Karena kalau diabaikan, dampaknya Sangat fatal untuk jangka panjang.

Seperti karakter Adi di serial komedi televisi, lelaki yang tak bekerja-- kecuali ada udzur-- tidak berhak atas penghormatan. Karena dirinya tidak bisa diandalkan, menyelesaikan setiap kesah anggota keluarga.

Istri yang minta uang belanja, anak musti dibayarkan sekolah kemana lagi kalau tidak ke ayahnya. Membayar iuran listrik, membeli paket kuota, membetulkan genteng terocoh, memenuhi kebutuhan anak. Adalah serentetan kewajiban, yang harus dipenuhi kepala keluarga.

Kalau ayah tidak bekerja, maka proses penjemputan nafkah itu tiada. Kalau ayah tidak bekerja, maka alasan mendatangkan uang menjadi nihil.

Bekerja tidak harus ngantor, datang jam Sembilan pulang jam lima sore. Tidak harus memakai baju rapi berdasi, duduk di kursi empuk di belakang meja. Apapun yang ayah lakukan mendapatkan imbalan, esensinya adalah pekerjaan.

Mau ayah jualan online, membuat gorengan kemudian dijajakan, menjadi petugas keamanan di perumahan. Atau apapun pekerjaannya selama halal, ayah berhak untuk dihormati. Pantas dijadikan ayah sejati, dibanggakan oleh anak dan istri.

Karena berapapun gajinya apapun pekerjaannya suami jangan menganggur. Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun