Nabi SAW menjelaskan (lebih kurang), "Sesungguhnya pintu kebajikan itu banyak. Mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil dengan khidmat dan khusyu adalah sedekah. Mengajak orang kepada kebaikan dan melarang yang mungkar merupakan sedekah. Menyingkirkan batu di jalan agar orang mudah lewat, menuntun orang buta adalah sedekah, ....... dan seterusnya...... Bahkan senyummu ketika berhadapan dengan saudaramu, juga merupakan sedekah." ( H.R. Bukhari dan Muslim).
Seketika, Hadist ini sangat menyemangati saya. Saya tercerahkan, betapa luasnya cabang sedekah. Sang Khaliq memberi kesempatan manusia, tetap bisa bersedekah di kondisi apapun. Berbuat baik sebisanya semampunya, karena tidak harus dengan uang.
Setiap orang dibekali dengan keahlian, yang bisa dijadikan jalan untuk bersedekah. Di beberapa tempat saya temui, orang-orang berbagi sesuai kemampuan.
Ada tukang cukur di kampung tak jauh dari rumah, menggratiskan jasa potong rambut pada sepuluh konsumen pertama di hari jumat. Ada penjual bakmi ayam tak jauh dari Pesantren, menggratiskan satu mangkok untuk santri dengan syarat setor hapalan quran.
So, sangat bisa guru bersedekah, dengan mengajar siswa tak mampu tanpa bayaran. Ada penjual roti bantal dekat rumah, mengirim roti yang tidak habis ke rumah yatim.
Kita Kompasianer, sangat bisa bersedekah melalui kebiasaan menulis. Atau memanfaatkan aktivitas medsos, berkreasi memosting konten menarik dan inspiratif.
Karena apapun yang bermanfaat dan dibagikan, esensinya adalah sedekah. Dan di bulan Ramadan, pahala sedekah dilipat gandakan.
Kisahku Berbagi Berkah Ramadan Saat Kantong Kering
Jujurly, membaca tantangan Ramadan Bercerita di Kompasiana hari 15. Saya langsung ingat pengalaman puasa, di masa pandemi covid- 19.
Ramadan tahun 2020 sampai Ramadan 2022, adalah masa-masa berpuasa anti mainstream. Sebagian besar kita dibatasi berkegiatan di luar rumah, pendapatan berkurang sangat drastis. Banyak pekerjaan dicancel sepihak, banyak juga perusahaan gulung tikar.
Seumur-umur saya baru merasakan, ditolak sholat jumat di masjid. Karena masjid ditutup, dan tidak menyelenggarakan sholat jumat. Sholat fardhu yang lima waktu, taraweh, sampai Idul Fitri dikerjakan di rumah.