Manusia dibekali akal pikiran, guna menyelesaikan masalah di hidupnya. Persoalan gagal dan atau berhasil , point-nya bukan pada hasil akhir. Titik beratnya adalah seberapa sungguh, manusia berusaha menyelesaikan ujian.
Yang jomlo, maksimal berusaha agar menemukan pasangan -- sesuai tuntunan Kanjeng Nabi-- sekufu. Yang menikah berusaha maksimal, mengatasi ujian di rumah tangga. Â Kepala keluarga memberikan nafkah terbaik, demi anak istri tanggung jawabnya.
Yes, kesungguhan berusaha, itu yang akan membentuk kualitas manusia. Kalaupun ada kasus, sudah bekerja keras rejeki masih seret. Sudah usaha maksimal, jodoh dinanti belum jua tiba.
Sepanjang ikhitiar terus dibentangkan, biarlah Sang Khaliq memutuskan. Karena rencana-NYA, dijamin pasti lebih indah.
Maka, kalau jomlo atau menikah sama-sama berat. Saya memilih menikah, karena ada value yang didapatkan. Yaitu mengikuti sunnah Nabi, yaitu menggenapkan separuh ibadah.
Menikah memang berat, menikah memang tak mudah. Bukankah, jomlo juga tak mudah? -- wallahu'alam bishowab- Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI