Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menemukan Definisi Istri dan Anak-anak Membawa Rezeki Sendiri

12 September 2021   13:56 Diperbarui: 10 Desember 2021   05:48 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjalani bahtera rumah tangga, ibarat menelusuri lembah ngarai, melampaui segala cuaca kehidupan.

Sesaat tertawa berhimpit dengan saatnya menangis, pun bahagia sesungguhnya bersebelahan dengan nestapa.

Setiap orang di sebuah struktur rumah tangga, mengemban peran masing-masing. Memroses dan diproses melalui aneka kejadian dan keadaan, goal-nya adalah menjadi sebaik manusia.

Ayah tulang punggung, berkewajiban menjemput nafkah, ibu pengelola rumah tangga, anak-anak penyemangat yang meneruskan asa orangtua di kemudian hari.

Sebagai kepala keluarga lelaki mengemban tugas mulia, dengan pertaruhan dunia akhirat. Predikat yang tidak main-main, sebaiknya jangan dibuat main-main.

Ayah dengan tugas dan fungsinya, bukan berarti "menguasai" anak dan istri. Mereka berhak mendapat sikap terbaik, nyaman dengan keberadaan ayah mereka.

Miris jika terdengar kabar, kepala keluarga berperilaku berperangi kasar. Menggunakan kekuatan fisik, sikap, dan ucap, mempedayai istri dengan laku semena-mena.

Merasa berkuasa sebagai pengupaya datangnya rejeki, di satu sisi menyangka istri dan anak sebagai beban.

Sikap demikian tidak bijak ibarat menanam ranjau, kelak diri sendiri (cepat atau lambat) terkena letusan.

Ayah saat memasuki usia renta, tenaga dan daya menurun, kepada mereka (istri/ anak) dijadikan tumpuan. Mumpung badan segar bugar, para ayah jangan abai.

Menyoal rejeki keluarga, sejatinya bukan suami semata memegang peran.

Istri dan anak membawa rejeki sendiri, kepala keluarga berfungsi (tak lebih) sebagai perantara.

------

Pergantian bulan Juni ke Juli lalu, saya merasa berada di titik bawah.

Pekerjaan sedang sepi karena dibatalkan, bersamaan itu belahan jiwa diuji sakit.

Seketika saya mengambil alih pekerjaan rumah, dari pagi sampai ketemu pagi.

Beruntung sedari kecil, orangtua membiasakan saya mengerjakan pekerjaan rumah.

Ketika istri sakit saya menyapu lantai, mencuci baju dan setrika, menanak nasi (sayur membeli), menggoreng lauk saya lakukan sendiri.

Belum lagi menyeka istri di pagi hari, menyuapi, minum obat, menyiapkan air hangat untuk mandi dan seterusnya.

Pada saat bersamaan anak-anak sekolah dari rumah, otomatis si ayah mengurus keperluan mereka.

Terutama anak gadis, biasanya banyak tergantung dengan ibunya.   

Hari- hari yang melelahkan, saya merasa babak belur, baik fisik, mental maupun keuangan.

Saya dihantarkan pada kondisi pasrah berserah, merasa lemah tiada daya dan diri ini bukan siapa- siapa.

Menemukan Definisi Istri dan Anak Membawa Rejeki Sendiri

dokpri
dokpri

Dalam keadaan serba kelelahan, saya tercerahkan tentang satu hal. Yaitu tentang rejeki istri, kemudian tentang rejeki anak-anak.

Ya, rejeki mereka datang di saat tepat, saat kepala keluarga sedang tak berdaya.

Saya masih mengingat jelas, beberapa pintu pertolongan terbuka di saat yang tepat.

Ketika istri membutuhkan vitaman -- harganya cukup mahal--, tiba-tiba ada teman istri yang membelikan dan kami mendapatkan dengan gratis-- alhamdulillah.

Di masa istri mulai sembuh dan masuk masa pemulihan, teman-teman istri secara bergantian mensupport dengan mengantar makanan.

Perhatian yang  sedemikian berharga, sangat meringankan beban pikiran dan tentunya keuangan.

Kejadian di luar nalar lain juga terjadi, membuat keyakinan tentang rejeki anak-anak bermekaaran.

Ketika kebutuhan sekolah musti segera dipenuhi, sementara itu saya dan istri sedang mengencangkan ikat pinggang.

Suatu malam di WA group, Ustad mengumumkan paket kitab bisa diambil di Pondok. Kabar ini berhasil membuat saya kelimpungan.

Sempat terbetik ide meminjam teman sekelas (yang sudah membeli), kemudian di foto copy dan dijilid supaya rapi.

Kecamuk aneka ide berputar mencari jalan keluar, tiba-tiba istri mengabarkan kalau kakak (bude anak-anak) bersedia mengulurkan tangan.

Dana untuk membeli  kitab ditanggung kakak ipar, saya diminta nomor rekening untuk ditransfer- alhamdulillah.

Kejadian semisal terjadi pada adiknya, baru-baru ini sekolah tatap muka akan diuji coba.

Seragam yang dipunyai ternyata kekecilan, mengingat anak wedok badannya meninggi.

Malam itu istri menyampaikan kabar tak diduga, tetangga yang anaknya (dulu satu sekolah) baru lulus tahun ini menawarkan seragam.

Sore keesokan harinya, tiga stel seragam dicoba dan pas di badan anak gadis-- alhamdulillah.

dokpri
dokpri

----

Definisi istri dan anak membawa rejeki, sungguh saya temui dan semakin saya yakini.

Terpatri di benak saya, bahwa sejatinya keberadaan mereka sama sekali tak memberati ayahnya.

So, para ayah jangan pernah merasa paling berjasa dan sok kuasa.

Nafkah yang kalian usahakan dan bawa pulang, sangat mungkin rejeki istri atau anak yang diperantarai melalui kalian.

Semoga bermanfaat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun