Catatan Trie Utami.
------
Bahwasanya (ternyata) kita sendiri yang (berhak) memutuskan, sikap apa musti diambil atas prakarsa SoB yang telah digaungkan dan setelahnya.
Tiba-tiba saya pengin behenti sejenak menulis, kemudian memasang hadphone dan mendengarkan (secara seksama) lagu "Indonesia Pusaka" dengan aransemen dengan alat musik di SoB.
Di bagian intro awal lagu versi instrument, saya seperti merasakan sensasi berbea. Rasa ini seperti di ayun-ayun, diajak menjelajahi ruang kosong tanpa warna. Di benak seperti muncul slide gambar masa silam (entah dari jaman apa itu), seperti melihat tv jadul 80-an yang warnanya hitam putih.
Mendengar lagu Indonesia Pusaka (versi SoB), membuat jiwa patriotisme seketika bergejolak. Kemudian termovasi ingin berbuat sesuatu, melalui kebisaan saya punyai, Â dimulai dari lingkungan terkecil di sekitar saya.
Sebagai sebuah spirit,  sontak SoB (saya rasakan) menjadi pemantik geliat nilai yang tersurat dan tersirat di relief candi.  Tapi ingat, ,musik adalah satu aspek saja. Masih banyak aspek lain, baik yang beririsan atau yang terpisah belum tergali dari candi kebanggaan ini.
Kita masyarakat Indonesia, pewaris utama nilai-nilai terkandung di Borobudur. Secara fisik kita bisa pelajari nilai-nilai, tetapi jauh lebih utama adalah meresapi dan  mengaplikasikan semangat di bidang atau displin ilmu masing-masing.
Saya membayangkan setelah SoB, akan menyusul social movement dari bidang keilmuan yang lain. Misal dari perspektif arsitektur, melahirkan semangat menciptakan bangunan kokoh. Misalnya aspek sosiologi, masyarakat semakin bersemangat bekerjasama dan gotong royong.Â
Atau bisa saja aspek astronomi, fisika, matematika dan lain sebagainya.