Saya sempat sekali dipertemukan saat Reuni, dan reaksi saya dibuat terkaget-kaget meski tak saya tampakkan. Penampilan sang primadona, sekilas tampak lebih tua dari usia aslinya. Garis-garis wajah menderita terlihat, meski sekuat tenaga berusaha ditutupi.
Tetapi di satu sisi saya dibuat salut, bahwa ketidakenakan- ketidakenakan yang dihadapi disikapi dengan sikap yang tepat. Yaitu bersabar. Saya mendapat cerita dari teman lama, tentang ketegaran yang disandang primadona.
Di usia menuju setengah abad, keadaan berbalik seratus delapan puluh derajad. Suami yang semasa mudanya kasar dan ringan tangan, kini fisiknya lemah tak berdaya karena sakit- sakitan. Usaha yang dirintis berjalan cukup stabil, meskipun masa pandemi tengah berlangsung.
Dan satu hal membuat saya takjub, dua anaknya beranjak besar menjadi anak berprestasi. Anak sulung masuk perguruan tinggi dengan beasiswa, setidaknya biaya kuliah tak masalah. Sembari kuliah si anak juga bekerja, benar-benar menjadi profil anak berbakti.
Anak kedua tak kalah membanggakan, sering mewakili sekolahnya maju lomba sampai tingkat nasional. Saya yakin bahwa anak ini tidak menyusahkan ibunya, sangat mungkin mengikuti jejak kakaknya mendapatkan beasiswa di Perguruan Tinggi.
Bahwa kesabaran tidak akan sia-sia, sungguh benar adanya. Termasuk di situasi berat saat ini, mari kita lalui dengan optimis dan sabar. Sembari menambatkan keyakinan kuat, bahwa kita bisa melalui dengan baik- Amin.
Semoga bermanfaat.