Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Ada Kesabaran yang Sia-sia

2 Maret 2021   06:36 Diperbarui: 2 Maret 2021   07:58 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber | bacaanmadani.com

Setiap pulang kampung, saya punya banyak kesempatan bersilaturahmi. Bisa bersua teman semasa kecil, baik sengaja maupun sekedar berpapasan di jalan. Bertemu sanak kerabat, setelah sekian puluh tahun merantau.

Berbagi kisah dan pengalaman, tentunya menghadirkan aneka macam perasaan. Kami teman lama sekian waktu berpisah, sudah jauh berubah baik secara fisik maupun sikap dan ucap. Di usia empat puluh tahunan, banyak sudah makan asam garam kehidupan.

Ya, setiap orang memiliki jalan perjuangan sendiri-sendiri. Setiap orang menempuh onak dan badai, menuntut dirinya berproses sedemikian rupa. Kebanyakan teman usianya sepantaran, sudah berkeluarga dengan anak- anak beranjak besar. Sebagian teman SMA ada yang siap-siap mantu, terutama teman perempuan.

Tak ayal pertukaran cerita menjadi sebuah keseruan, sembari bernostalgia dan berkangen-kangenan. Mengenang kejadian pernah kami alami bersama, kemudian menertawakan kebodohan pernah dilakukan.

Kabar kawan lain tak lupa ditukar ceritakan, sesekali menerbitkan rasa takjub, kagum, prihatin atau empati. Teman yang dulunya menjadi idola semasa sekolah, kini mendapati nasib memilukan. Perkawinannya tidak terselamatkan, karena lelaki yang menikahimya lari dari tanggung jawab.

Ada juga teman yang pasangan hidupnya telah berpulang, meninggalkan buah hati sedang butuh banyak biaya. Ada teman yang dikhianati belahan jiwa, sehingga dituntut meneruskan perjuangan membesarkan anak-anak sendiri .

Saya pribadi tak lepas dari tantangan hidup, jatuh bangun saya tempuh. Bahkan dari kali pertama merantau, serta perjalanan menemukan pasangan jiwa. Perjalanan menyusuri biduk rumah tangga, melewati kerikil- kerikil layaknya rumah tangga lain pada umumnya.

Bahwa setiap orang dibentuk oleh pengalaman hidup, bahwa kepedihan hidup akan membentuk mental seseorang. Kalau saya pikir- pikir, seharusnya kita justru berterima kasih dengan ujian yang menghampiri.

Tak Ada Kesabaran yang Sia-sia

Ada satu hikmah saya petik, dari serangkaian cerita teman lama sempat terdengar. Bahwa kesabaran berbatas cakrawala, dan bagi pelaku yang setia akan diperjumpakan dengan hal yang tidak disangka.

Adalah teman perempuan, yang semasa di bangku SMP banyak ditaksir teman pria. Selepas menanggalkan seragam biru putih, kami berpisah karena meneruskan sekolah berbeda. Tak lama setelah lulus SMA, menikah dengan seorang pengusaha.

dokpri
dokpri
Teman ini mengikuti pekerjaan suami ke luar pulau, dan di tanah perantauan mendapati hal di luar dugaan. Suaminya menampakkan sifat aslinya, sifat yang selama ini tidak ditampakkan. Dirinya kerap menjadi sasaran kemarahan, badan yang semula segar perlahan- lahan berubah kurus kering.

Saya sempat sekali dipertemukan saat Reuni, dan reaksi saya dibuat terkaget-kaget meski tak saya tampakkan. Penampilan sang primadona, sekilas tampak lebih tua dari usia aslinya. Garis-garis wajah menderita terlihat, meski sekuat tenaga berusaha ditutupi.

Tetapi di satu sisi saya dibuat salut, bahwa ketidakenakan- ketidakenakan yang dihadapi disikapi dengan sikap yang tepat. Yaitu bersabar. Saya mendapat cerita dari teman lama, tentang ketegaran yang disandang primadona.

Di usia menuju setengah abad, keadaan berbalik seratus delapan puluh derajad. Suami yang semasa mudanya kasar dan ringan tangan, kini fisiknya lemah tak berdaya karena sakit- sakitan. Usaha yang dirintis berjalan cukup stabil, meskipun masa pandemi tengah berlangsung.

Dan satu hal membuat saya takjub, dua anaknya beranjak besar menjadi anak berprestasi. Anak sulung masuk perguruan tinggi dengan beasiswa, setidaknya biaya kuliah tak masalah. Sembari kuliah si anak juga bekerja, benar-benar menjadi profil anak berbakti.

Anak kedua tak kalah membanggakan, sering mewakili sekolahnya maju lomba sampai tingkat nasional. Saya yakin bahwa anak ini tidak menyusahkan ibunya, sangat mungkin mengikuti jejak kakaknya mendapatkan beasiswa di Perguruan Tinggi.

Bahwa kesabaran tidak akan sia-sia, sungguh benar adanya. Termasuk di situasi berat saat ini, mari kita lalui dengan optimis dan sabar. Sembari menambatkan keyakinan kuat, bahwa kita bisa melalui dengan baik- Amin.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun