Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menyoal Mitos Ibu Hamil (Sebaiknya) Jangan Menangis

24 September 2019   20:52 Diperbarui: 25 September 2019   17:09 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hamil (Honeyriko) | Kompas.com

Ada mitos, bahwa ibu hamil diusahakan (dengan sangat) jangan menangis. Konon (masih menurut mitos), perasaan sedih si ibu akan menular ke anaknya. Dulu, sewaktu istri saya hamil dan hendak menangis, sebagai calon ayah, saya mengingatkan agar segera menyudahi tangisan.

Padahal, nggak begitu juga lho---hehehehe. Susah kan, orang yang hendak atau sedang menangis, pas sedang dipuncaknya malah diminta menghentikan. Namanya juga sama-sama belum tahu, istri manut sembari berusaha menahan tangis, yang ada malah keluar sesenggukan. Kalau ingat kejadian ini, rasanya kasihan banget saya---hehehehe.

Pada acara talkshow dengan tema "Kehamilan Beresiko Tinggi," saya seperti 'dikuliti' atas ketidak tahuan tersebut. Dari sudut pandang psikologis, tidak ada yang salah (atau dilarang) dengan ibu hamil yang menangis. Menangis, bisa menjadi salah satu cara untuk melepaskan stres.

Jadi tidak selalu benar, bahwa menangis diklaim semata-mata sebagai ekspresi rasa sedih yang (nantinya) akan berdampak pada janin. Justru kalau ditahan tangisannya, yang ada stresnya bertambah dan berpengaruh pada bayi.

***
Mendengar, menyimak pemaparan Psikolog Putu Andini, MpSI, saya seperti ditarik keluar dari cangkang ketidaktahuan selama ini. Hamil, adalah tahap penting bagi seorang ibu. Tantangan yang dihadapi ibu hamil di setiap trisemester berbeda, hal ini membuat si ibu terkaget-kaget.

"Ibu hamil itu rentan stres" ujar Putu Andini.

Putu Andini -dokpri
Putu Andini -dokpri
Bagaimana tidak rentan stres, kalau pada tri semester pertama, bumil mudah kelelahan, mual dan muntah. Kemudian di tri semester kedua, perut bagian bawah tertekan, keram, kaki bengkak ringan, hidung tersumbat, biasanya mulai ngidam.

Selanjutnya di tri semester ketiga (tujuh bulan ke atas), bumil mulai kerap sembelit, heart burn (panas dari bagian bawah sampai tenggorokan), kontraksi palsu, masalah cerna dan yang tak bisa dihindarkan adalah susah tidur.

Kebayang kan, bagaimana berat tantangan ibu hamil. Setiap saat setiap hari, ada saja perubahan dirasakan belum lagi ada pantangan makan ini dan itu. Tantangan semakin tinggi, apabila bumil punya kehamilan resiko tinggi.

Maka kalau ada yang bilang ibu hamil jangan menangis, berarti belum pernah hamil atau bisa jadi suami atau ayah yang belum paham.  Padahal kalau ibu hamil tidak nangis, yang ada justru memendam stres.

popmama.com
popmama.com
Ibu Hamil Harus Happy
Masih menurut Andini, dalam ilmu psikologi ada cara efektif untuk menanggulangi stres pada ibu hamil (atau berlaku untuk siapa saja). Adalah support system, bisa menjadi cara membantu ibu hamil bangkit dari situasi stres.

Support system bisa berasal dari dalam diri si ibu, kemudian support dari suami, keluarga terdekat dan lingkungan pertemenan. Kalau tiga aspek support (suami, keluarga, teman dekat) ini kompak, niscaya ibu hamil akan punya kehamilan yang bahagia dan sehat. 

halodoc.com
halodoc.com
Sementara cara menanggulangi stres ada dua cara, yaitu problem focused coping dan emotional focused coping. Problem focused coping, adalah usaha individu mengurangi stressor dengan mempelajari cara atau ketrampilan baru (situasinya dikendalikan dari dalam diri).

Emotional Focused coping, yaitu usaha individu mengurangi respon emosi negatif dari kondisi stres (penyebab stres dari luar/di luar kendali diri)

Menangis (atau keluh kesah) termasuk emotional focused coping, cara ibu hamil melepaskan diri dari stres atas situasi yang terjadi di luar kendali. Bagi orang yang tidak bisa curhat, bisa melepaskan stress dengan menulis.

Kalau sudah puas menangis dan stres bisa diatasi, musti dilanjutkan dengan mindfull (menikmati apa yang sekarang dihadapi dan dilakukan, dan jangan lupa berserah diri dan berdoa.

klikdokter.com
klikdokter.com
Dukungan suami pada ibu hamil sangat penting, sehingga perlu ditumbuhkan rasa, bahwa kehamilan tersebut menjadi millik berdua. Saya jadi ingat, dulu saya antusias kalau ambil atrian periksa dokter. Biasanya berangkat selesai subuh, supaya mendapat nomor awal untuk periksa di sore hari.

Dukungan keluarga dan teman, dengan cara menciptakan suasana positif, membicarakan hal-hal menyenangkan. Sehingga ibu hamil menjadi tangguh, dan terhindar dari kehamilan beresiko.

Pesan dari Andini, sebaiknya ibu hamil menjaga jarak dengan medsos, apalagi kalau follow public figure yang (misal) sedang hamil. Bukannya menikmati bermedsos, yang ada jadi iri karena melihat tokoh yang diidolakan hamilnya cantik sementara dirinya tidak, justru yang ada tambah stres.

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun