Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Ada Pernikahan yang Ideal!

12 September 2019   20:33 Diperbarui: 13 September 2019   04:03 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebetulan saya mengenal perempuan hebat ini, saking penasarannya saya pernah bertanya, tentang alasan terbesar yang membuatnya bertahan. Jawaban yang keluar dari mulutnya adalah anak-anak, sehingga dia merelakan diri dijadikan pesakitan.

Rasa sesal untuk kesalahan memilih suami selalu ditepis, focusnya adalah bagaimana mengantarkan anak-anak dewasa dan mandiri. Sekasar apapun sikap suami terhadapnya, setidaknya tanggung jawab akan uang bulanan tidak dilupakan.

Tak Ada Pernikahan yang Ideal !

dokpri
dokpri
Kompasianer, bahwa suami dan istri adalah dua orang yang berbeda (watak dan perilaku) itu benar adanya. Kemudian mereka bersatu dan dipersatukan, oleh ikatan sakral yang bernama pernikahan. Karena memang (asalnya) dua pribadi yang berbeda, jadi wajar kalau di awal menikah terjadi banyak "gap" yang menuntut keduanya saling menyesuaikan.

Pada periode penyesuaian inilah, masa-masa pasangan suami dan atau istri dituntut belajar keras untuk mengelola ego. Kalau ada Istilah bahwa menikah itu mendewasakan, saya rasa kalimat ini sangat tepat dan akan dialami di tahun awal penikahan.

Lelaki perkasa yang telah menjelma sebagai suami, secara alami akan belajar, memberi persembahan sikap dan ucapan terbaik untuk istri dicintai. Menyingkirkan gengsi, tak segan turun tangan dalam pekerjaan rumah tangga serta urusan domestik. 

Perempuan yang lembut dan manja yang telah menjadi seorang istri, dengan penuh kesadaran akan belajar menepis rasa enggan. Bersedia melayani suami, mengorbankan waktu tenaga dan pikiran sepanjang hidup untuk suami yang dihormati.

Memang tidak ada pernikahan ideal, yang ada adalah bagaimana suami dan istri, terus belajar menyesuaikan diri. Suami dan atau istri dijamin tidak akan jatuh martabat dan harkatnya, hanya gara-gara menyediakan diri saling mengalah dan menomor duakan keinginan sendiri.

Mereka, pasangan yang terbukti bertahan sampai maut memisahkan, berhasil menjadi pasangan (dikatakan) ideal, karena selalu memegang komitmen dan teguh dengan sikap saling mengalah. Sehingga sepanjang kehidupan perkawinan, keduanya tak henti belajar dan terus berusaha menyesuaikan diri.

Bagi pasangan yang telah terpisahkan oleh maut, menjadikan sikap mengalah adalah bagian dari proses mengelola ego. Sehingga apapun yang dihadapi, bukan lagi dianggap sebagai beban melainkan tahapan yang dinikmati.

dokpri
dokpri
----

Kehidupan selalu memiliki cara sendiri, memberikan balasan kepada setiap orang atas perbuatannya. Mereka yang berlaku baik atau telah berlaku salah, akan memetik hasilnya tanpa dirugikan sedikitpun. Jujur saja, secara pribadi saya mengambil hikmah, betapa hukum alam berlaku sungguh adil dan tak memihak kecuali kepada yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun