Â
"Apa itu Bang ?"
Ombus-ombus artinya (diambil dari kata) dihembus. Bahwa menikmati kue ombus-ombus, sebaiknya pada saat hangat (didiamkan beberapa saat setelah diangkat dari pengolahan), sehingga ada kegiatan dihembus-hembus dulu (seperti meniup lilin kue ulang tahun) sebelum dikunyah.
"kegiatan dihembus-hembus inilah muasal kata ombus-ombus" jelas bang Siahaan sambil tersenyum, melihat saya mulai paham
Sebungkus kue ombus-ombus di depan Bandara Silangit, dibandrol seharga dua ribu rupiah---tidak terlalu mahal kan. Dalam sehari, Abang Siahaan bisa menjual (rata-rata) dua ratus bungkus. Dari berjualan kue ombus-ombus, lelaki paruh baya ini bisa menyekolahkan sulungnya di SMA dan dua anak lainnya masih di Sekolah Dasar.
Panganan khas Siborongborong Tapanuli Utara ini, bisa ditemui nyaris di semua upacara adat batak. Menjadi hidangan atau camilan (seolah) wajib ada, bisa dinikmati dengan secangkir kopi atau teh.
Siang itu saya beruntung, masih ada lima bungkus ombus-ombus tersisa. Semua saya borong, demi menuntaskan rasa penasaran akan citarasanya.
Membuka panganan ini, sebaiknya jangan dibuka bungkus semua kemudian dipegang dengan tangan. Â Pada ujung jari akan terasa lengket, karena tepung beras olahan rentan menempel. Sebaiknya pembungkus dibuka sebagian, sehingga saat hendak mengunyah, sebagian ombus-ombus yang dipegang tangan masih terlapisi daun.
Menikmati panganan ini, saya seperti tidak asing dan teringat dengan kue serupa di Jawa (Cuma namanya saya belum ingat), rasanya manis mendominasi berasal dari gula merah dan gula putih.
****