Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Berat Badan Sudah Ideal, Masih Perlukah Diet?

22 Juni 2018   06:28 Diperbarui: 22 Juni 2018   08:26 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa Ramadan tahun ini, terhitung tahun kedua saya memperhatikan asupan. Sikap ini saya lakukan dengan satu sebab, pernah pada satu malam tiba-tiba saya merasa kesakitan. Separuh badan nyeri dibuat bergerak, sampai-sampai saya tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Pikiran sudah menduga nama-nama penyakit, sampai saya ketakutan kalau benar kejadian.

Selang beberapa hari periksa dokter, mendapati hasil diagnosa yang mencengangkan. Beberapa nama penyakit mengerikan, disebutkan dokter setelah pemeriksaan. Kemudian saya mendapat banyak masukan, penyebab datangnya sakit dan bagaimana mengatasi.

"Musti merubah pola makan dan gaya hidup," nasehat ini terus terngiang.

Sejak keluar dari ruang serba putih, saya bertekad merubah gaya hidup tidak sehat. Ramadan tahun lalu menjadi titik balik perubahan, saya memilah dan memilih jenis asupan. 

Setelah diet diimbangi olah raga, badan terasa jauh lebih enakan. Kaos dan celana lama, mulai bisa dipakai lagi. Perut buncit dan badan gempal, sudah tidak tampak lagi. Seiring berjalan waktu, saya mulai longgar dalam mengonsumsi bahan makanan.  Mula-mula hanya secuil makan ini dan itu, lama-lama kebablasan. Lingkar perut mulai beradu dengan lingkar celana, tapi saya masih menoleransi diri.

"kayanya, Lu gemukan lagi ya,"

Pernyataan seorang kawan, sontak menyadarkan saya dari khilaf. Bahwa saya mulai abai, tak pikir panjang soal konsumsi makanan. Kembali ke kebiasaan lama, tak terlalu hirau dengan asupan.

"Aku musti berubah" bisik batin ini.

Bulan Ramadan tahun ini, menjadi moment titik balik yang kedua. Seperti memutar ingatan, saya mengatur menu berbuka dan sahur.  Menghindari nasi, gorengan, olahan berbahan tepung serta asupan manis yang berasal dari gula (meskipun tidak seratus persen menghindar, setidaknya berkurang cukup drastis).  

steak dan kentang -dokpri
steak dan kentang -dokpri
Padahal kalau menuruti nafsu, maunya membatalkan puasa dengan kolak pisang atau bubur sumsum atau biji salak atau es buah sebagai takjil. Menu berbuka dengan makanan kegemaran, sepiring nasi dengan lauk ayam goreng tepung, ayam goreng biasa dan kremesan tepung, lele goreng, tahu dan tempe goreng, telur ceplok dan olahan gorengan lainnya.

Nasi dan lauk pauk aneka gorengan, semakin nikmat dipadukan dengan sayur kuah bersantan. Seperti sayur nangka (khas masakan padang), kuah santannya begitu nyata. Atau sayur opor ayam, kuahnya kental berwarna putih santan agak kekuningan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun