Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajah Situs Bersejarah di Cirebon

27 Februari 2016   05:37 Diperbarui: 27 Februari 2016   09:00 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Berjumpa Sultan di Keraton kasepuhan (dokpri)"]

[/caption]

Kunnjungan kami semakin lengkap, ketika bisa berjumpa dengan Sultan Sepuh XVI yaitu PRA. Arief Natadiningrat, SE. Layaknya sebuah upacara penghormatan, kami disambut dengan tetabuhan gamelan. Kemudian protokol yang suaranya empuk ngebazz (mirip suara alm Olan Sitompul), mempersilakan sultan menuju kursi tuan rumah. Berlanjut dengan tarian selamat datang, diiringi pengrawit yang piawai memainkan gamelan.

Acara ucapan selamat datang disampaikan Sultan, sembari merasa terhormat dikunjungi rekan media dari Jakarta. Tak pungkiri bahwa media adalah partner, yang telah menyuarakan Cirebon ke masyarakat. Hingga kini pendapatan dari sektor Pariwisata. Terasa mengalami peningkatan yang cukup bagus. Dari kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, tentu akan menggerakan perputaran roda perekonomian.

Pelabuhan yang dimiliki Cirebon, dulu sempat disinggahi kapal pesiar dari Inggris setahun sekali. Akibat pendangkalan pelabuhan, kebiasaan kapal pesiar sudah tak dilanjutkan lagi.

Pada penghujung acara ramah tamah, kembali dipersembahkan sebuah tarian penutup. Kami dari awak media dan saya blogger, dipersilakan menuju Bangsal Pagelaran untuk santap siang. Hidangan khas Cirebon disajikan, seperti nasi jamblang, empal gentong, es ciung dan menu lainnya (ah tertebus sudah penasaran).

prosesi makan siang semakin semarak, dengan persembahan tari sintren.

Agak mistis gimana gitu, #eh

Empat lelaki berpakaian hitam dan satu gadis berjalan berjajar, satu diantaranya membawa dupa yang dibakar. Sang gadis belia dililitkan tali, pada seluruh tubuhnya kemudian dihipnotis. Dimasukkan ke dalam (semacam) kurungan besar, seluruhnya ditutup menggunakan kain hitam.

Proses selanjutnya, satu lelaki seolah membacakan mantra sembari meniup dupa ke arah kurungan. Takk lama gadis yang masuk kurungan berkaos putih, setelah keluar kurungan berganti pakaian beda.  Busana yang dikenakan berubah, layaknya costum seorang penari dengan atasan kuning dan mengenakan kain panjang. Kacamata hitam, berikat batik  plus untaian bunga kantil di bagian telinga, melengkapi penampilannya.

[caption caption="Makan siang sambil menyaksikan tari sintren (dokpri)"]

[/caption]

Menarilah sang gadis dengan gerakan monoton, rupanya masih dibawah pengaruh hipnotis. Dibelakang penari, satu lelaki berbaju hitam mengikuti. Sepetrinya menjaga, agar gerakan dan langkah penari tak salah jalur. Beberapa saat dibiarkan menari, dengan langkah memutar. Musik terus mengiringi perputaran penari, sempat seorang penonton tak tahan ikut berjoged di depan sang gadis. Kira-kira sekitar lima menit, penari kembali masuk dalam kurungan bertutup hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun