Mohon tunggu...
Ardhivipala Gunawijaya
Ardhivipala Gunawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - Open Mind Provocateur

Konsultan sekaligus praktisi manajemen proyek. Memiliki ketertarikan sebagai pemerhati penerapan keahlian manajemen proyek di Indonesia terutama dalam hal keterkaitan hubungan positif antara pengembangan bisnis dengan manajemen proyek.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menghabiskan Masa Pensiun di Bali

12 Juni 2020   01:24 Diperbarui: 12 Juni 2020   01:28 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2019 lalu ketika saya sedang menyusun thesis yang kebetulan topiknya mengenai pensiun, saat timbul tenggelam dalam pencarian di Google dengan bolak-balik mencari keywords yang bisa memberikan hasil yang diinginkan, saya menemukan artikel yang judulnya "Retire In Indonesia With $200,000 Of Savings?" dari Investopedia. Pada saat itu karena masih sibuk dengan thesis, maka baru sekarang ketika harus diam saja di rumah baru sempat menulis di sini. Artikel tersebut pun masih layak dibahas sekarang karena tanggal last update-nya belum terlalu lama, 25 Juni 2019. 

Saya tidak memakai kurs bulan Juni 2019, untuk mudahnya kita pakai saja USD 1 = IDR 15.000, maka judul artikel tadi diterjemahkan menjadi "Menghabiskan Masa Pensun di Indonesia Dengan Tabungan Sebesar Rp. 3 Miliar?" Kalau dibaca di dalam artikelnya, Indonesia yang dimaksud di situ, lebih spesifiknya adalah Bali. O iya, ada satu hal lagi yang membuat saya menjadi terpicu untuk membuat tulisan ini setelah setahun lalu dan hampir lupa, yaitu yang lagi rame di di kalangan netizen, mengenai seorang artis berinisial DG yang mengaku bangkrut tapi punya deposito Rp. 3 M. Kok bilangannya bisa pas ya sama, mungkin ini suatu pertanda. Entah tanda apa, tanda panggilan untuk membuat tulisan ini mungkin.

Kembali lagi ke artikel di Investopedia, di situ disebutkan bahwa untuk menyewa 900 sqft (~83.6 sqm) membutuhkan $870 (~Rp. 13,05 jt). Disebutkan juga, kalau mau membangun rumah yang perfectly nice di Ubud, bisa setidaknya dengan Rp. 2,62 M. Loh, berarti habis dong tabungan yang Rp. 3 M tadi? Nah, inilah enaknya bule amrik, rata-rata manfaat Social Security mereka dilihat pada Januari 2020 berada di angka $1,503 (~Rp. 22,54 jt) per bulan. Jadi, uang tabungan bisa dipake beli properti (atau nyewa sampai mati) dan masih ada pendapatan bulanan mengalir terus. Jadi ya wajarlah kalau liat bule petantang petenteng di Bali, eh tapi yang kere juga banyak sih. Anyway, di sebelum bagian akhir artikel tersebut, ada kalimat berikut "Retiring comfortably with $200,000 in savings is a very real possibility in Indonesia" yang artinya secara tidak langsung mereka meyakinkan bahwa hitung-hitungan mereka itu sangat mungkin bisa terjadi untuk membuat masa pensiun yang nyaman di Bali. Ada juga artikel lainnya dengan rincian perhitungan yang berbeda, tapi ujungnya sama, cukup untuk menghabiskan masa pensiun di Bali dengan nyaman. Bandingkan manfaat pensiun mereka tersebut dengan proyeksi manfaat yang diperoleh dari BPJS Ketenagakerjaan. 

Tapi angka-angka di atas itu kan buat bule amrik, bagaimana dengan kita di sini. Nah, sekarang tengok sebentar artikel tentang artis DG. Sebuah artikel di Kumparan, tidak perlu dijabarkan di sini perhitungannya, bisa dilihat di dalam artikel tersebut, bahwa dalam perhitungan mereka, deposito Rp. 3 M akan memberikan hasil Rp. 10 jt per bulan. Apakah ini cukup? Berdasarkan artikel di Renesia, angka itu cukup, karena ternyata kebutuhan hidup di Bali adalah berada pada kisaran Rp. 1,8 jt - 2 jt. Artikel tersebut dibuat pada bulan Agustus 2019, jadi masih bisa dianggap relevan. Tapi, pasti ada orang yang terbersit dalam pikirannya, ya iya itu kan buat orang yang sudah tinggal di Bali, sudah punya tempat tinggal, bagaimana dengan pendatang? Saya tidak punya jawaban selain bahwa dari Rp. 3 M tadi, mesti dibagi, sebagian untuk membuat jadi memiliki tempat tinggal, dan sebagian lagi untuk bisa mendapatkan pendapatan bulanan yang menutupi kebutuhan bulanan. Secara teori angka di kalkulator ya cukup, tapi kalau umurnya panjang, hati-hati ada risiko bunga deposito kalah terhadap laju inflasi.

Oke, oke, percaya deh bahwa uang segitu cukup. Lantas, bagaimana caranya bisa mendapatkan uang segitu ada di rekening kita pada saat hari pertama kita pensiun? Step pertama, untuk pegawai, pastinya mencermati berapa besar manfaat pensiun yang diperoleh dari Social Security negara kita, yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan. Di situ disebutkan, setiap bulan kita dapat memperoleh maksimal 40% dari upah. Pernyataan ini sebenarnya belum jelas bagi orang awam, upah di situ maksudnya bagaimana, apakah upah rata-rata selama masa kerja, atau upah di bulan terakhir sebelum pensiun? Kalau itu masih kurang, tenang, masih ada lagi Jaminan Hari Tua, yang kabarnya hasil pengembangannya selalu di atas bunga deposito di bank pemerintah. Saya mencoba menghitung-hitung sendiri kira-kira berapa proyeksi yang saya dapatkan pada saat pensiun nanti, ternyata malah bingung he he. BPJS Ketenagakerjaan perlu membuatkan suatu tool berupa kalkulator mestinya nih.

Ya sudah, supaya mudah, anggap kita yang harus menyediakan sendiri Rp. 3 M tadi. Saya mencoba menghitung sendiri, tapi supaya perhitungannya sederhana, tidak menjadi suatu rangkaian formula matematika yang kompleks, saya tidak mempertimbangkan inflasi; laju hasil pengembangan dibuat tetap; dan laju kenaikan kontribusi terhadap tabungan juga dibuat tetap; dan pajak tidak diperhitungkan. Anggap, seseorang yang baru memulai hidupnya, di usia 20 tahun, dan pensiun di usia 55 tahun. Berarti ada periode investasi selama 35 tahun, yang setiap bulannya rutin, orang tersebut berkontribusi tanpa ada jeda. Hasil perhitungan untuk skenario yang dianggap memungkinkan adalah sebagaimana di bawah ini.

  1. Mulai menabung dengan Rp. 100 rb per bulan, asumsi kenaikan kontribusi 5% setiap tahun, maka untuk mencapai Rp. 3 M di akhir periode, orang tersebut harus mencari investasi yang bisa memberikan imbal hasil sebesar 16,5% per tahun terus menerus selama periode investasi.
  2. Mulai menabung dengan Rp. 100 rb per bulan, dengan asumsi bisa mendapatkan imbal hasil sebesar 12% per tahun terus menerus, maka orang tersebut harus bisa mendapatkan kenaikan kontribusi tiap tahun sebesar 14% untuk mencapai Rp. 3 M di akhir periode investasi.
  3. Mulai menabung dengan Rp. 200 rb per bulan, asumsi kenaikan kontribusi 5% setiap tahun, maka orang tersebut harus mencari investasi yang bisa memberikan imbal hasil  sebesar 14% per tahun secara terus menerus selama periode investasi untuk mencapai Rp. 3 M di akhir periode investasi.
  4. Mulai menabung dengan Rp. 200 rb per bulan, dengan asumsi bisa mendapatkan imbal hasil sebesar 5% per tahun terus menerus, maka orang tersebut harus bisa mendapatkan kenaikan kontribusi tiap tahun sebesar 15% setiap tahunnya untuk mencapai Rp. 3 M di akhir periode investasi.

Kenapa saya hanya membuat skenario mulai menabung dengan Rp. 100 rb dan Rp. 200 rb per bulan, karena pada usia 20 tahun, seseorang yang baru memulai karirnya, mungkin akan sulit bisa berkontribusi sejumlah tersebut tiap bulan secara rutin, karena masih ada kebutuhan lainnya yang mungkin lebih mendesak. Syukur kalau bisa berkontribusi lebih besar, akan lebih mudah dalam mencari pencapaian sasaran imbal hasil atau pun penambahan kontribusi setiap tahunnya. Saya melakukan verifikasi secara kasar saja, untuk seseorang yang pensiun di tahun 2019, 35 tahun yang lalu, yaitu tahun 1984, apakah mungkin seseorang yang belum lama lulus kuliah dan baru mulai bekerja memungkinkan untuk menabung Rp. 100 rb setiap bulannya, saya tidak bisa membayangkan, tapi kemungkinan besar rasanya berat sekali. 

Kayaknya itung-itungan di atas ribet ah, ada ga buat seseorang yang baru memulai karir, supaya bisa mendapatkan Rp. 3 M pada saat pensiun? Yang logis realistis aja gitu kali ya. Saya tidak punya jawaban selain menjelaskan bahwa obyektif dari tulisan yang saya buat ini adalah, kita perlu menentukan target yang jelas, sambil memantau biaya hidup dan instrumen investasi yang tersedia di pasar.  Tulisan ini pun bersifat netral terhadap instrumen investasi. Tujuan lain yang diharapkan dari tulisan ini adalah, membangkitkan kesadaran kita semua, bahwa ada waktu cukup panjang untuk menyiapkan pensiun untuk yang masih muda, semakin bertambah umur, pressure untuk mengejar ketinggalan semakin berat. Semakin awal memulai walaupun kecil, semakin mudah untuk mengejar di kemudian hari, apalagi kalau ada rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka, misalnya THR atau Bonus. Yang terpenting untuk semua orang untuk cermat dalam menempatkan investasinya, sekarang ini kata "Pensiun" seringkali dijadikan bahan marketing apa pun instrumennya, yang paling sering adalah unit-linked asuransi jiwa, kemudian reksadana, ada lagi yang menggunakan emas, koperasi, dan lain-lain.  Angka Rp. 3 M itu pun, di masa yang akan datang mungkin sudah kadaluwarsa, perlu ada perhitungan yang lebih terkini. Artikel Investopedia di awal tadi pun sepertinya memberikan ilustrasi kepada orang yang menjelang pensiun, supaya dengan aset yang dimilikinya, bisa hidup dengan nyaman, opsi yang diberikan adalah berpindah menetap ke tempat yang biaya hidupnya lebih rendah, kebetulan yang terpilih adalah di Bali. Kalau dilihat tautan lain yang ada di bagian bawah artikel tersebut, ada juga mengenai menghabiskan masa pensiun di Filipina, Thailand, dan lain-lain.

Akhir kata, mari kita siapkan masa pensiun kita sebaik-baiknya. Semoga kita bisa mendapatkan masa pensiun yang nyaman di lingkungan yang nyaman dan kita diberikan kemudahan dan kelancaran untuk mendapatkan masa pensiun yang ideal tersebut. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun