Fear Of Missing Out (FOMO) adalah perasaan takut tertinggal dari informasi atau pengalaman sosial yang dilakukan oleh orang lain di media sosial. FOMO juga dapat memicu sebuah dorongan untuk terus memantau dan merespon interaksi digital agar tidak merasa terisolasi.
"FoMO is, in fact, the strongest predictor of social media fatigue" (hlm. 1217).
Dalam konteks circle pertemanan mahasiswa di WhatsApp, fomo dapat mendorong individu untuk tetap aktif dan juga responsif meskipun sedang merasa jenuh atau lelah. Hal ini memperkuat tekanan sosial dan dapat memperparah tingkat kelelahan digital terutama pada individu yang merasa berkewajiban untuk selalu hadir secara daring.
Information Overload (Kelebihan Informasi)
Kelebihan informasi merupakan kondisi di mana seseorang merasa kewalahan akibat menerima terlalu banyak informasi dalam waktu yang singkta, sehingga kesulitan untuk memproses dan mengambil sebuah keputusan. Menurut Shachaf et al., (2016) kelebihan informasi terjadi ketika volume informasi yang diterima melebihi kapasitas pemrosesan individu, yang berakibat pada stres, kebingungan, dan gangguan fokus. Dalam konteks media sosial, informasi yang terus mengalir tanpa henti dari berbagai grup, chat, notifikasi, dan unggahan dapat membuat individu merasa lelah secara kognitif dan emosional.
"Information overload is a situation where the amount of input to a system exceeds its processing capacity"(Eppler & Mengis, 2004, dalam Shachaf et al., 2016)
 Kondisi ini menunjukkan bagaimana mahasiswa yang tergabung dalam sebuah grup WhatsApp baik untuk keperluan akademik, organisasi, maupun pertemanan seringkali mengalami kelebihan informasi, Ketika terlalu banyak pesan masuk dalam waktu yang singkat, menyebabkan kemampuan seseorang untuk memahami dan merespons informasi jadi lebih terbatas. Akibatnya, muncul rasa kewalahan, jenuh, bahkan memicu stres karena tidak mampu untuk mengikuti semua isi percakapan yang ada. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, kelebihan informasi tidak hanya menganggu konsentrasi, tetapi juga dapat memicu kelelahan secara psikologis, terutama ketika individu merasa harus selalu aktif dan responsif terhadap setiap percakapan dalam grup.
Ekspetasi Sosial Digital
Ekspektasi sosial digital adalah sebuah tuntutan tidak tertulis dari lingkungan sosial daring, seperti harapan agar seseorang selalu responsif, hadir, dan terlibat dalam komunikasi digital. Turkle (2011) menjelaskan bahwa:
"We expect people to be always available online. Their digital silence can feel like a personal rejection" (hlm. 177).
Mahasiswa dalam grup WhatsApp sering merasa harus terus membalas pesan segera atau menunjukkan partisipasi agar tidak dianggap peduli. Ekspektasi ini yang nantinya akan membentuk tekanan secara emosional yang dapat memicu stress digital, terlebih bila tidak dibarengi dengan pengelolaan waktu dan batas personal yang sehat.
PEMBAHASAN
WhatsApp sudah menjadi salah satu aplikasi yang paling sering digunakan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk menyampaikan informasi, WhatsApp juga digunakan untuk membangun dan menjaga hubungan sosial dengan teman, keluarga, maupun kelompok akademik. Namun, penggunaan yang terlalu intens justru bisa menjadi beban tersendiri, terutama ketika muncul rasa kewajiban untuk selalu aktif dan merespons pesan secara cepat. Hal ini menjadi salah satu penyebab munculnya Social Media Fatigue (SMF).
Dari hasil wawancara, terlihat bahwa sebagian mahasiswa mengalami kelelahan saat harus terus hadir di grup WhatsApp, meskipun tidak selalu ingin atau sedang tidak dalam kondisi yang siap.
"Saya merasa lelah kalau harus buka WhatsApp terus, apalagi saat teman curhat, sedangkan saya lagi fokus ngerjain tugas."