Mohon tunggu...
agis sastika
agis sastika Mohon Tunggu... Universitas Jember

mahasiswa urban planner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterkaitan Gerbangkertosusila dengan Ekonomi Wilayah

1 November 2022   07:28 Diperbarui: 1 November 2022   07:46 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jawa Timur merupakan provinsi yang mempunyai letak strategis berada di tengah-tengah nusantara, hal ini merupakan keuntungan bagi Jawa Timur. Jawa Timur memiliki Luas Wilayah 47.154 Km2 dengan kepadatan penduduk 807 jiwa/km2, Memiliki 38 Kab/Kota, 664 Kecamatan, 8.501 Desa/Kel. Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi yang terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 38.847.561, Laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,610%.

Di Jawa Timur, terdapat kawasan strategis nasional yang hampir sama dengan Jabodetabek, yaitu Gerbangkertosusila. Apakah masih terdengar asing di telinga? Istilah ini sudah ditenarkan sejak lama karena temasuk salah satu kawasan pembangunan pada era Jokowi. Gerbangkertosusila merupakan sebuah kawasan strategis nasional Jawa Timur yang dicetuskan oleh pemerintah untuk mencapai pemerataan ekonomi. Kawasan ini terdiri dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, yang menjadikan Surabaya (daerah nodal) menjadi pusat kegiatan ekonominya.

Menurut Perda Provinsi Jawa Timur No. 4/1996 Tentang RTRW Provinsi Jawa Timur dan PP No. 47/1996 tentang RTRW nasional, bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan antar daerah. Kawasan Gerbang Kertosusila merupakan metropolitan terbesar kedua di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Gerbangkertosusilo juga mempunyai penduduk paling banyak kedua setelah Jabodetabek. Secara nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah memang sudah ditetapkan Megapolitan Gerbangkertasusila, namun untuk Rencana Tata Wilayah Jawa Timur, Gerbangkertasusila ditambah hingga ke Malang, Probolinggo dan Tuban.

Adanya kawasan Gerbangkertosusila diharapkan dapat membuat regionalisasi dengan menekankan kemandirian terhadap wilayah kabupaten atau kota. Selain itu, termasuk ke dalam kawasan aglomerasi yang ada di Jawa Timur. Menurut pendapat Glaeser dan Khan (2003), kawasan ini memiliki sektor unggulan industri serta memiliki kedekatan lokasi. Hal ini merupakan nilai plus sehingga dapat segera tercapai visi misi yang sudah dibentuk.

20 November 2019, Presiden Joko Widodo telah meneken sebuah PP Nomor 80 tahun 2019 tentang percepatan pembangunan ekonomi pada Gerbangkertosusila, kawasan bromo-tengger-semeru, dan kawasan selingkar wilis, serta lintas selatan. Hal ini membuktikan bahwa kawasan ini sangat berpotensi pada sektor perekonomian penunjang pendapatan nasional.

Berkaca pada ilmu ekonomi wilayah mengenai spread effect dan backwash effect, kawasan Gerbangkertosusila termasuk ke dalam salah satu contohnya. Sebelum masuk lebih lanjut, mari kita ketahui dulu tentang teori tersebut.

Seorang pakar ekonom yang berasal dari Swedia bernama Gunnar Myrdall mencoba menggambarkan dampak pembangunan ekonomi ini melalui dua istilah yakni spread effect dan backwash effect. Mengutip buku berjudul Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, spread effect dan backwash effect adalah dua istilah yang menggambarkan adanya kesenjangan dalam pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah bergantung pada lokasi dari berbagai sumber daya alam dan berbagai keuntungan lainnya. Pertumbuhan ini selanjutnya akan menyebar pada pada daerah sekitarnya melalui efek kumulatif, yaitu efek sebar (spread effect) dan efek serap (backwash effect). Prinsip pertumbuhan ekonomi wilayah ditentukan oleh adanya industry propulsive tertentu, cenderung hanya akan menarik modal dari daerah sekitarnya, karena keuntungan lokasi pada wilayah tersebut. Hal ini memungkinkan backwash effect akan menjadi lebih kuat dari spread effect yang ditandai dengan adanya penyerapan ekonomi wilayah sekitarnya ke pusat-pusat pertumbuhan wilayah tersebut.

Myrdal (1957) juga mengatakan bahwa jika dilakukan pembangunan ekonomi suatu negara akan muncul dua faktor: yaitu (1) memperburuk keadaan ekonomi bagi daerah miskin yang disebut dengan backwash effect, dan (2) mendorong daerah miskin menjadi lebih maju disebut dengan spread effect/trickledown effect. Ia menganggap bahwa dampak balik (backwash effect) cenderung membesar dan dampak sebar (spread effect) cenderung mengecil. Kecenderungan ini akan semakin memperburuk ketimpangan antara daerah maju dengan daerah terbelakang (Jhingan, 2012).

Richardson (1978) mengatakan backwash effect yang ditimbulkan berupa migrasi tenaga terdidik dan profesional ke daerah maju dan menurunnya pendapatan daerah tetangganya yang menyebabkan kelangkaan tenaga kerja di daerah tetangga, perpindahan infant industry ke daerah maju dan menurunnya pendapatan per kapita di daerah tetangga. Dampak positif yang ditimbulkan dapat berupa migrasi pekerja yang menyebabkan turunnya pengangguran, naiknya permintaan produk pertanian dan bahan baku, naiknya investasi dan meningkatnya pendapatan per kapita daerah tetangga.

Lalu, kegiatan ekonomi apa saja yang dapat menimbulkan kedua efek tersebut?

Kegiatan ekonomi yang berbau proyek, entah berskala kecil maupun besar bisa menimbulkan efek serap dan efek sebar. Selain itu, bisa juga berupa usaha perdagangan dan industry. Pada intinya, spread effect dan backwash effect bisa terjadi akibat adanya keterikatan antar wilayah. Apabila dibangun lapangan kerja baru, maka orang akan berbondong-bondong menuju ke tempat tersebut, terkhusus pada orang-orang yang system bekerja nya kontrak atau sesuai dengan tenggat waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun