Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gaji Kecil Risiko Besar, Menguji Kepantasan Pendapatan Vs Pekerjaan

20 Februari 2021   10:31 Diperbarui: 20 Februari 2021   10:47 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.communitycare.co.uk / Fuzzbones/ Fotolia

Baru-baru ini seorang teman diterpa sebuah musibah. Ia mengalami perampokan oleh sekumpulan penjahat bersenjata tajam yang mengambil paksa uang tunai senilai kurang lebih Rp 100 juta yang ia ambil dari bank beberapa waktu sebelumnya. Mobil yang ia kendarai dijebak oleh ranjau paku para penjahat sehingga terpaksa membuatnya menghentikan kendaraan. 

Pada saat itulah ia yang hanya seorang diri tanpa daya harus menyerah pada niat jahat para perampok yang bisa saja merenggut nyawanya. Padahal uang yang dibawa teman saya itu sejatinya bukanlah miliknya. Melainkan uang gaji karyawan perusahaan tempat dirinya bekerja. 

Dalam hal ini teman saya mendapatkan mandat dari atasannya untuk mengambil uang tersebut ke bank sebagaimana waktu-waktu sebelumnya. Tapi sungguh sial, hari itu sepertinya menjadi hari yang apes baginya karena harus mengalami peristiwa menegangkan tersebut.

"Setiap pekerjaan memiliki risikonya masing-masing. Ada yang kecil, sedang, hingga besar. Terkadang sebuah pekerjaan yang terlihat sederhana ternyata memiliki risiko besar dibaliknya. Dalam hal ini seorang pekerja harus menyadari keberadaanya."

Mungkin teman saya kurang berhati-hati karena hanya sendirian saja saat mengambil uang sebesar itu ke bank. Bisa jadi ada pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang telah mengincarnya sejak awal. Tapi apapun itu peristiwa menegangkan tersebut sudah terjadi dimana nyawanya bisa saja melayang seandainya ia melakukan perlawanan saat itu. 

Meskipun laporan ke polisi sudah ia buat tapi tentunya butuh waktu untuk menemukan kembali uang Rp 100 juta yang hilang tersebut. Itupun kalau masih ada uangnya. Lebih tidak mengenakkan lagi pasca peristiwa perampokan yang mengancam nyawa itu justru sang atasan tidak mau menerima kondisi yang ada. 

Teman saya justru semakin dipojokkan dengan keharusan untuk mengganti rugi besaran uang yang dirampok oleh para penjahat. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sungguh kasihan sekali.

Pekerja Murah

Sehari-hari didalam pekerjaannya teman saya mempunyai tugas yang lebih banyak berkaitan dengan administratif. Mengurusi absensi karyawan, rekrutmen, pengadaan seragam karyawan, dan lain sebagainya. Lebih tepatnya ia bekerja sebagai salah satu tenaga kerja di perusahaan outsourcing karyawan. 

Gajinya juga tidak terlalu besar. Sekitar 2 jutaan kurang lebih. Memang cakupan tugasnya tidak membuatnya terlalu sibuk sehingga tidak mengherankan apabila sang atasan memintanya untuk mengurus scope pekerjaan yang lainnya juga, termasuk diantaranya mengambilkan uang gaji karyawan outsourcing ke bank sekaligus membagi gaji tersebut secara tunai kepada para karyawan.  

Bulan-bulan sebelumnya berjalan lancar tanpa kendala yang berarti. Baru kali ini ia mengalami kondisi demikian yang langsung menjadi cobaan berat bagi dirinya tersebut. Sepintas mungkin gaji 2 jutaan relatif pantas untuk pekerjaannya yang "sederhana", meskipun tidak bisa dibilang sesuai juga. 

Namun jikalau melihat peran tugasnya yang harus mengambilkan sejumlah besar uang ke bank dengan risiko perampokan seperti yang dialaminya baru-baru ini sepertinya penghasilan yang ia peroleh menjadi tidak sepadan. 

Rasa-rasanya kurang pantas ganjaran sebesar 2 juta dari gaji sementara nyawanya dipertaruhkan. Lebih nahas lagi tatkala tanggungjawab ganti rugi justru ia juga yang harus menanggung. 

Entah ini sang atasannya yang keterlaluan atau memang teman saya tadi tidak sanggup melakukan perlawanan. Mungkin ia berada dalam dilema dimana pekerjaan tersebut sangat ia butuhkan sehingga hal itu membuat dirinya ibarat kambing congek yang dicocok hidungnya.

Seharusnya untuk tugas dengan risiko tinggi seperti mengambil uang dalam jumlah besar di bank ada prosedur standar yang mesti dijalankan. Mungkin itu dengan melibatkan pengawalan polisi atau tenaga keamanan lain. Bukan hanya seorang diri seperti yang teman saya lakukan. 

Bisa jadi prosedur semacam itu tidaklah menjadi perhatian mereka karena anggapan bahwa mereka masih perusahaan kecil. Tapi pandangan semacam itu justru melahirkan kekacauan yang lebih besar, bukan? 

Sedangkan perampokan yang teman saya alami itu seharusnya meningkatkan kesadaran bahwa risiko pekerjaannya ternyata tidaklah seperti yang dikira. Seorang pekerja bergaji murah dengan risiko "mewah" tentu harus menimbang ulang pekerjaannya apakah yang dilakukannya memang sudah sepadan atau tidak.

Seorang pekerja tentunya memahami bahwa tingginya risiko pekerjaan seharusnya sebanding dengan imbalan yang didapat. Semakin besar risikonya maka potensi pendapatannya juga semakin tinggi. Seharusnya. 

Namun hal itu tidak serta merta berdiri sendiri. Risiko memang harus dihadapi, tapi disisi lain risiko juga harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak sampai menciptakan efek bermasalah. 

Selain itu para pemberi kerja hendaknya juga menimbang ulang apresiasi mereka kepada para pekerjanya apakah yang selama ini mereka berikan sudah layak atau belum. Jangan kemudian menuntut kompensasi ganti rugi atas tidak turut andilnya ia dalam mengupayakan langkah pencegahan atas setiap potensi masalah yang ada. Bagaimanapun juga harus ada kepantasan antara pendapatan dengan pekerjaan.

 

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun