Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengancam adalah Bagian dari Cara Memotivasi?

28 September 2019   08:05 Diperbarui: 28 September 2019   08:25 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ancaman bisa memotivasi ? | Ilustrasi gambar : www.galamedianews.com

Ancaman bisa bekerja laksana api yang membakar semangat seseorang untuk berjuang lebih keras atau justru menghanguskan semangat seseorang pada saat yang lain. 

Kuncinya bukan terlatak pada ancaman itu, tetapi lebih kepada sikap atau respon yang kita berikan terhadap ancaman yang kita terima. Adakalanya kita butuh "dibangunkan" terlebih dahulu dari kenyamanan yang selama ini meninabobokan kita. 

Sebagian orang mungkin berhasil meyakinkan dirinya sendiri untuk bekerja keras dan berjuang tanpa harus melalui stimulus berupa ancaman. Hal ini karena mereka memiliki kesadaran tinggi serta keyakinan untuk mengejar hal-hal besar di kehidupan mereka.

Semangat atau terpuruknya kita bukan karena orang lain mengancam atau mengelu-elukan nama kita. Semua itu hanyalah sebatas stimulus sementara yang efeknya pun sepenuhnya ditentukan oleh respon dari dalam diri kita sendiri. 

Mau diancam seperti apapun, tetap saja tidak berdampak apa-apa ketika mereka yang diancam hanya bisa pasrah dan menyerah sepenuhnya pada nasib. 

Sama halnya ketika seseorang dimotivasi dengan sesuatu yang positif hasilnya akan nihil ketika dirinya tidak memiliki keyakinan pada dirinya sendiri bahwa ia mampu.

Dalam buku Focus karya Daniel Goleman, motivasi terbaik yang diberikan kepada seseorang hendaknya menyertakan konsekuensi negatif dan konsekuensi positif pada taraf perbandingan 1 : 3 hingga 1 : 11. 

Satu konsekuensi negatif diberikan bersamaan dengan tiga hingga sebelas konsekuensi positif. Artinya saat satu ancaman diberikan, hal itu harus dibarengi dengan "iming-iming" hal positif yang bisa dia terima sebanyak tiga hingga sebelas macam. 

Misalnya, saat seseorang yang mempunya hutang diancam akan diusir dari rumah kontrakannya, hal itu harus dibarengi juga dengan informasi positif seperti jikalau mereka melunasi hutang maka hidupnya lebih tenang, jikalau melunasi hutang ia bisa lebih mudah mengajukan pinjaman lain, jikalau melunasi hutang, maka ia akan dapat bantuan modal saat nanti ingin membangun bisnis, dan sebagainya. 

Pada satu sisi ancaman memang berperan dalam memotivasi seseorang, namun itu juga perlu dibarengi oleh konsekuensi positif lain yang bisa didapatkannya.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun