Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Ketika Sepertiga Malam Hanya Berisi Canda Tawa

11 Mei 2019   07:06 Diperbarui: 12 Mei 2019   10:48 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara canda tawa yang menghiasai waktu sahur selama bulan Ramadhan (Sumber gambar: entertainment.kompas.com)

Ramadhan adalah bulan nan suci yang kehadirannya begitu dirindu dan dinanti-nantikan oleh umat muslim. Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang menyimpan banyak sekali kesempatan untuk meningkatkan kuantitas serta kualitas ibadah. 

Ibadah puasa, sholat tarawih, tadarus Al-Qur'an, membayar zakat fitrah, dan lain-lainnya merupakan sebagian kecil dari ibadah yang menjadi "ciri khas" bulan suci ini selain tentunya amalan ibadah wajib seperti sholat lima waktu ataupun sholat-sholat sunnah tahajjud, dhuha, maupun hajat. 

Setiap waktu didalam bulan ramdhan adalah ksesempatan yang tidak akan terulang, sehingga memanfaatkan sebaik mungkin waktu yang ada merupakan keharusan apabila kita tidak ingin kehilangan momen "langka" tersebut. Satu hal yang paling dinanti-nantikan didalam bulan suci Ramadhan adalah terkait suatu malam yang didalamnya tersembunyi keutamaan luar biasa. 

Malam lailatul qadr, malam yang mana ketika seorang muslim menunaikan ibadah kepada Allah SWT maka ia akan diganjar layaknya seseorang yang beribadah selama 1000 bulan. Waktu istimewa ini sengaja tidak diberitahukan kapan terjadinya. Ia tersembunyi diantara malam-malam lain didalam bulan Ramadhan. 

Cara terbaik untuk mendapatkannya adalah dengan istiqamah dan konsisten menjalani hari demi hari dan malam demi malam di bulan Ramadhan dengan terus beribadah dan beribadah.

Disebut sebagai malam 1000 bulan karena kehadirannya hanya di malam hari. Sedangkan malam itu terbagi atas beberapa bagian waktu, dimana waktu yang paling utama adalah di sepertiga malam terakhir. Dikatakan bahwa pada waktu tersebut Sang Pemilik Jagad Raya ini turun ke dunia dan "menyapa" hamba-Nya yang berkenan mengorbankan waktu lelapnya untuk berkhalwat atau menyendiri bersama Tuhannya. 

Bertemu lailatul qadr pada sepertiga malam terakhir merupakan anugerah tak terkira yang diperoleh seorang hamba. Mungkin kita tidak menyadari atau bahkan tidak mengetahui pada bulan suci Ramadhan ini Allah SWT memberikan kita "kesempatan" lebih untuk bersua dengan-Nya dibandingkan bulan-bulan yang lain. 

Di Bulan suci ini kita menunaikan ibadah puasa seharian penuh, yang mana sebelum memulainya terlebih dahulu kita diberikan waktu untuk bersantap sahur. Waktu terbaik menyantap hidangan sahur adalah menjelang akhir waktu, dengan kata lain hal itu terjadi di sepertiga malam terakhir. 

Secara tidak langsung, Allah SWT "meminta' kita untuk menemui-Nya. Kita yang biasanya tertidur lelap bisa bangun di sepertiga malam untuk bersantap sahur. Sebelum atau sesudah bersantap sahur kita memiliki waktu barang sejenak untuk melaksanakan ibadah lain seperti menunaikan sholat tahajjud, membaca Al-Qur'an, atau sejenisnya. 

Sesuatu yang barangkali sulit untuk kita lakukan pada waktu-waktu lain diluar bulan Ramadhan. Waktu sepetiga malam terakhir kita seakan hidup selama kehadiran bulan nan suci ini.

Ada banyak sekali hal-hal isitimewa pada bulan suci Ramadhan ini dibandingkan bulan-bulan yang lain. Salah satu diantaranya adalah fenomena acara televisi yang dimaksudkan untuk melengkapi waktu-waktu spesial seperti menjelang berbuka atau ketika bersantap sahur. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada waktu-waktu tersebut program yang ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi sepertinya tidak jauh berbeda. Ada dakwah dan siraman rohani menjelang berbuka atau acara canad tawa ketika sahur. 

Beberapa tahun terakhir ini beberapa stasiun televisi hampir selalu menayangkan program serupa dengan konsep canda tawa yang ditayangkan kepada pemirsanya ketika waktu berbuka atau pada saat sahur. 

Penulis yakin bahwa acara-acara tersebut dimaksudkan untuk memberikan hiburan dan mengusir penat pemirsanya yang sudah seharian menahan lapar dan dahaga, serta untuk menghilangkan kantuk orang-orang yang tengah bersiap bersantap sahur. Akhirnya sepertiga malam yang biasanya sunyi dan lengang menjadi penuh gelak tawa dan candaan.

Suka ria dan hingar bingar artis ibu kota memberikan sajian kepada para penikmatnya. Pada satu sisi hal ini memberikan hiburan tersendiri bagi pemirsanya, akan tetapi disisi lain ada satu hal yang terlupakan. Sepertiga malam terakhir yang seharusnya menjadi momen spesial kita menikmati kekhusyukkan bersama Allah SWT menjadi teralihkan pada candaaan dan juga gelak tawa. 

Saat-saat dimana seharusnya kita merenungi segala kekurangan diri malah justru "dikacaukan" oleh kegiatan-kegiatan yang tidak semestinya. Teramat sayang jikalau momen spesial bulan Ramadhan ini berlalu begitu saja hanya karena kita berasyik ria dengan hiburan atau tontoan penuh canda tawa di acara televisi. 

Sepertiga malam terakhir bulan Ramadhan yang sebenarnya Allah SWT maksudkan untuk kita agar supaya lebih mendekatkan diri kepadanya justru terabaikan begitu saja. Padahal tahun depan belum tentu kesempatan besar ini akan kita dapatkan kembali.

Secara pribadi penulis tidak menilai bahwa acara-acara di televisi pada waktu berbuka dan waktu sahur adalah buruk. Kita sendirilah yang memiliki kuasa menentukan tindakan yang hendak dilakukan. 

Kita bisa memilih untuk menikmati waktu sepertiga malam untuk bercengkrama di depan televisi atau mematikan televisi tersebut untuk kemudian menggelar sajadah dan bersujud simpuh kepada-Nya. 

Kita bisa memilih untuk menikmati cnda tawa di televisi sewaktu sahur dan mengabaikan Sang Pencipta yang tengah "berkunjung" ke rumah kita atau kita memilih untuk mengabaikan canda tawa artis ibukota itu demi memberikan sambutan terbaik kepada-Nya. 

Ramadhan menjadi bulan yang mulia dan istimewa hanya jika kita membuatnya demikian. Keistimewaan bulan nan suci ini benar-benar akan kita rasakan tatkala kita memberikan dedikasi tinggi untuk beribadah kepada-Nya pada setiap waktu dan kesempatan. 

Jangan sampai kita menyesali berlalunya momen spesial ini oleh karena kemalasan yang hinggap pada diri kita atau karena keengganan kita meninggalkan canda tawa. 

Apakah kita memilih sesungging senyum yang fana ataukah senyuman abadi tatkala kita menerima indahnya balasan dari Sang Pemilik Segalanya kelak ketika waktunya tiba? Sesungguhnya penyesalan itu tidak pernah hadir di depan, tetapi ketika semua telah berlalu maka ia akan datang menyambangi kita. Mana yang akan kita pilih?

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun