Mohon tunggu...
Aghnia Tazqiah
Aghnia Tazqiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2020. Selama 3 tahun kuliah, saya mengikuti UKM ASAS UPI (Arena Studi Apresiasi Sastra Universitas Pendidikan Indonesia) dan saat ini menjabat sebagai Bendahara. Puisi-puisi saya telah dimuat di Pikiran Rakyat dan di majalah Literasi Lilin.

Saya seorang introvert sehingga kegiatan yang saya sukai, yaitu kegiatan yang tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, seperti membaca buku, membaca antologi puisi, menonton drama dan film, membuat puisi, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tan Malaka, Pahlawan Revolusi yang Ditembak Mati

24 Juni 2023   13:35 Diperbarui: 24 Juni 2023   13:47 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gramedia.com/literasi/rekomendasi-buku-tan-malaka/Input sumber gambar

Bila kita mendengar kata Madilog, banyak dari kita yang tentu akan ingat nama penulisya, Tan Malaka. Tan Malaka bukan nama asli melainkan gelar bangsawan yang didapatkan dari ibunya. Dia memiliki nama asli Sutan Ibrahim.

Pendidikan

            Sebagai kalangan bangsawan, mudah baginya untuk mengenyam pendidikan yang kala itu masih sulit didapatkan. Ia bersekolah di Kweekschool atau dalam Bahasa Indonesia memiliki arti sekolah guru negara yang berlokasi di Bukittinggi Sumatera Barat.

            Tan Malaka dikenal sebagai pribadi yang cerdas. Gurunya, GH Horensma yang menyadari hal itu kemudian membantunya untuk berkuliah di Rijkskweekschool (Sekolah Pendidikan Guru Pemerintah) yang berada di Belanda.

            Di Belanda ia mengkhatamkan buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lemin yang di mana buku-buku itu menjadi pedomannya dalam berpikir.

Karier

            Sesuai dengan pendidikan yang dia ambil, Putra dari HM Rasad dan Rangkayo Sinah itu kemudian mengajar Bahasa Melayu bagi anak-anak buruh perkebunan teh dan tembakau di Sanembah, Sumatera Utara.

            Di sanalah ia melihat penderitaan rakyat yang ditipu dengan cara diperas keringatnya tetapi diberikan upah yang rendah. Hal itu terjadi karena kaum buruh tidak pandai berhitung, sehingga menerima begitu saja upah yang diberikan.

            Atas dasar hal itu, tokoh yang lahir 2 Juni 1987 itu terjun ke organisasi Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV).

            Tan Malaka juga memulai kepenulisannya di media massa yang  berisi tentang penderitaan kaum pribumi, seperti misalnya penderitaan kuli kebun teh yang pernah dia temui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun