Mohon tunggu...
Aghnia Tazqiah
Aghnia Tazqiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2020. Selama 3 tahun kuliah, saya mengikuti UKM ASAS UPI (Arena Studi Apresiasi Sastra Universitas Pendidikan Indonesia) dan saat ini menjabat sebagai Bendahara. Puisi-puisi saya telah dimuat di Pikiran Rakyat dan di majalah Literasi Lilin.

Saya seorang introvert sehingga kegiatan yang saya sukai, yaitu kegiatan yang tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, seperti membaca buku, membaca antologi puisi, menonton drama dan film, membuat puisi, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tan Malaka, Pahlawan Revolusi yang Ditembak Mati

24 Juni 2023   13:35 Diperbarui: 24 Juni 2023   13:47 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gramedia.com/literasi/rekomendasi-buku-tan-malaka/Input sumber gambar

            Tahun 1920-an, ia merantau ke Semarang. Di sana ia melanjutkan profesinya sebagai guru dengan mendirikan Sekolah Rakyat yang jika di masa sekarang setara dengan SD.

Pelarian dan Penyamaran

            Masa hidupnya dihabiskan untuk melakukan pelarian dan penyamaran dari pemerintah kolonial. Hal itu karena ia diburu sebab tanpa ragu menunjukan kebenciannya atas ketidakadilan yang menimpa rakyat Indonesia.

            Semasa pelariannya, ia pernah menyamar menjadi pedagang buah dan juru tulis. Namun, ketika ia menyadari bahwa kemerdekaan yang didapatkan Indonesia belum sepenuhnya, ia rela membongkar penyamaran dan memutuskan untuk menemui temannya, Ahmad Soebardjo.

Perjuangan

            Kepeduliannya pada bangsa terus berlanjut. Ia geram dengan Kabinet Sjahrir yang memilih jalan diplomasi ketika Belanda datang kembali untuk berkuasa lagi. Menurutnya, pemerintah perlu tegas dan terus mempertahankan kemerdekaan.


            4 Januari 1946, pendukung Tan Malaka membentuk Kelompok Persatuan Perjuangan yang terbentuk karena kekecewaan terhadap Kabinet Sjahrir. Kemudian lahirlah sebuah usaha untuk melakukan kudeta yang kemudian gagal dan membuat Tan Malaka, Soebardjo, dan Soekarni dipenjara selama dua tahun.

            Setelah bebas, pada  7 November 1948, Tan Malaka membentuk partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba). Partai itu diketuai oleh Sukarni.

            Tan Malaka mulai melakukan gerilya. Bahkan, ia menemui anggota TNI dan pemimpin politik. Pemerintah Indonesia menilai bahwa aktivitas Tan Malaka mulai meresahkan, sehingga ia hidup lagi dalam pelarian.

            Ia tertangkap di sekitar Gunung Wilis, Selopanggung, Kediri. Naas, hidupnya harus berakhir pada 21 Februari 1949 di tangan eksekutor.

Penghargaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun