Mohon tunggu...
Eko Setiaone
Eko Setiaone Mohon Tunggu... Freelancer - Human-Center Oriented Activism, Participatory Planner, Story Teller, Free man

"Kesalahan besar bangsa ini adalah seringkali melupakan sejarah, dan mengabaikan aspirasi orang-orang kecil. Dunia sudah modern, seharusnya tak menjadi penghalang. Saya memelajari sejarah dan mencari aspirasi dari masyarakat marginal untuk melawan kesembarangan pemerintah/ perusahaan/ pelaku usaha. Dunia tak akan adil jika semua orang menjadi kapitalis"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Popularitas dan Pesan Moral Lagu "Dagang Pindang": Seni Mengeluhkan Hidup ala Orang Pantura

17 September 2020   08:38 Diperbarui: 25 Mei 2021   00:01 1788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lagu Dagang Pindang, Youtube WM Studio Official 2020

Bagi penjual di pasar, dengan makin sadarnya warga masyarakat tentang corona. Ada ketakutan menurut mereka, konsumen tidak mau datang ke pasar. Beberapa pelapak penjual di dalam pasar, semua nya mengeluh sepi dan menurunnya omset. Belum lagi, kini marak penjual sayuran dan buah-buahan keliling kampung yang berasal dari daerah pegunungan Slamet. Satu sisi lebih mendekatkan konsumen, satu sisi lainnya berdampak pada minimnya pengunjung di pasar.

Bagi bapak saya, dan penjual warung kaki lima/ lapak tenda, mereka mengeluh bahwa omset berkurang, dan umumnya mereka membungkus makanan.

Bagi para tukang ikan atau nelayan. Harga ikan tangkap di pasar, tidak berubah. Meski permintaan naik tetapi harga dan nilai jual ikan, dikeluhkan mengalami stagnan. Sementara ikan budidaya, lele dsb. Yang saat ini masih lebih baik.

Bagi para tukang angkot, tukang ojek, tukang becak di beberapa terminal. Terdapat penurunan angkutan , kurang lebih 50% dari hari hari biasanya.

Bagi para tukang dan kuli bangunan, hampir sebagian besar kegiatan jasa konstruksi di desa, berhenti total. Mobilitas proyek rumahan, proyek lingkungan dan proyek desa, kecuali proyek strategis. Semuanya belum ada kemajuan sejak mei 2020.

Bagi para pedagang warteg, nasi goreng dan martabak di kota Jakarta. Sebagian besar dari mereka memutuskan pulang kampung, pasca PSBB Jakarta 14 september 2020 kemarin. Omset mereka masih lebih baik jika berjualan di sekitar daerah sendiri.

, dan kesusahan hidup lainnya.

Kesemuanya, adalah riil, terjadi di desa. Kesusahan hidup orang- orang itu, jika tidak ditanggulangi secara serius. Maka, ada peringatan besar negara ini diambang krisis dan meningkatnya dampak turunan sosial lainnya. Tetapi jika kemudian melihat kultur masyarakat pantura, hari ini. 

Penulis melihat, masyarakat pantura tidak akan bertindak melakukan revolusi besar-besaran, seperti era 65 atau 98. Penulis melihat, pemerintahan hari ini akan langgeng, diatas banyaknya realita hidup hari ini. 

Mengingat, apa yang dilakukan masyarakat Pantura dengan menghibur dirinya, melalui lagu Pantura sudah cukup mengobati kesusahan hidup yang makin terasa. Kita perlu belajar dari mereka. 

Kita juga perlu prihatin dan sama-sama perlu mencarikan solusi, minimal melihat apakah disamping rumah kita, ada tetangga yang sudah makan/ tidak. Solidaritas seperti ini lah yang perlu kita jaga. Ketika pandemi ini tidak secara serius, ditangani pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun