Beberapa Faktor
Menurut Very Try Sujatmiko yang merupakan perwakilan DLHK Kota Yogyakarta dalam podcast MQFM yang membahas tentang kekeringan dan polusi udara Jogja pada 18 Agustus 2023 berkata bahwa penyumbang polusi udara Jogja berasal dari emisi transportasi.
Namun, selain dari faktor emisi transportasi, buruknya kualitas udara Jogja juga dipengaruhi oleh penutupan sementara Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan pada 23 Juli-5 September 2023 karena overload membuat para warga kebingungan untuk membuang sampah mereka karena banyak depo sampah yang overload sampah bahkan ada yang ditutup sementara.
Meskipun TPA Piyungan telah dibuka kembali pada 6 September 2023 tidak serta merta masalah dapat teratasi dengan mudah. Karena faktanya setelah pembukaan TPA Piyungan, sampah yang berada di depo-depo tertentu masih mengendap sehingga terjadi overload yang mengakibatkan orang tidak bisa membuang sampah kembali di depo tersebut.
Hal inilah yang membuat para masyarakat berbondong-bondong membakar sampah untuk menghilangkan sampah dalam sekejap. Anggapan masyarakat mengenai sampah yang hilang dalam sekejap menjadi bumerang tersendiri karena pembakaran sampah yang menghasilkan residu ke udara inilah membuat kualitas udara Jogja tambah memburuk dari waktu ke waktu. Â Jika dibiarkan maka akan banyak efek yang dirasakan oleh masyarakat seperti ISPA, Bronkitis, dll.
Sebenarnya dari pemerintah daerah sudah mengimbau dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai cara  memilah sampah agar mudah untuk mengolahnya. Namun, memang tidak mudah untuk merealisasikannya karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun salah satu upaya pemerintah Kota Yogyakarta untuk menanggulangi polusi udara dengan melakukan penghijauan. Namun, lagi-lagi langkah ini masih menjadi tantangan besar dikarenakan untuk mencari lahan terbuka di tengah kota yang semakin sulit membuat langkah ini tidak mudah untuk diwujudkan.
Pada dasarnya menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan sehat merupakan tanggung jawab semua pihak. Karena dengan bergandengan tangan maka permasalahan akan lebih mudah teratasi sehingga dapat berlalu tanpa berlarut-larut. Sebagai masyarakat sudah seharusnya lebih bijak dengan mengolah sampah dan lebih bijak dalam meminimalisir penggunaan barang sekali pakai karena barang terebut akan dengan cepat menjadi sampah.Â
Pemerintah juga tidak boleh tutup mata mengenai fenomena ini karena bukan berarti langit yang cerah dan berwarna biru menggambarkan udara yang lebih baik dari pada langit yang kusam dan abu-abu. Pemerintah sudah seharusnya memberikan solusi yang solutif agar masyarakatnya dapat hidup sehat tanpa adanya perasaan was-was akibat polusi udara.