Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Consolas

16 Oktober 2013   07:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:29 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Meski begitu ia tidak mau diatur terlalu banyak soal kesehatannya," Jake menghela napas.

"Saya kira itu cukup beralasan untuk seorang laki-laki yang berkontribusi."

Kedua tuan rumah itu membenarkan perkataan Richard. Selama belasan tahun sejak mendirikan Rumah Yatim Myrtle's Eggs, James Pisthrow hampir tidak pernah beristirahat. Kegiatannya banyak ia habiskan dengan merawat anak-anak, merekrut tenaga-tenaga perawat dan pengajar, menghubungi banyak pastur yang keluar-masuk memberikan penyuluhan kejiwaan, dan coba melakukan investasi sedikit demi sedikit agar rumah itu berkembang dan bisa menampung lebih banyak anak yatim piatu. Sepeninggal istrinya Myrtle, rumah tangganya tidak begitu baik, itu juga karena masa lalunya yang berusaha ia lupakan dengan kegiatan sosial ternyata masih membekas di benak anak-anaknya. Dari tiga anak laki-laki James, hanya Jake-lah yang masih setia menghubungi sang ayah dan coba membangun relasi kembali. Dua kakak Jake memilih pindah ke Afrika dan Amerika Selatan demi janji masa depan yang lebih cerah sebagai penambang emas dan pekerja batu bara. Dalam keadaan sendirian dan menyimpan banyak sisa impian, James akhirnya menikahi Joyce, seorang pelayan bar. Perempuan yang kini berdiri di sampingnya, yang juga coba membangun perhatian pada Jake yang merasakan dilema kepercayaan yang sama. Meski si anak bungsu dan si ibu tiri bisa saling mengerti satu sama lain, mereka memilih tidak berhubungan dekat --tidak seperti ibu-anak kebanyakan. Jake lebih memilih memerhatikan ayahnya, sementara Joyce menyimpan banyak rencana lain yang mungkin akan lebih berguna bagi kehidupannya.  Di kamar tempat tuan rumah itu terkapar sakit, kedua manusia ini memutuskan melonggarkan sedikit ketegangan di kepala mereka.

"Bolehkah saya lihat dedaunan yang Anda ceritakan kepada saya semalam?" pinta Richard kepada tuan rumah. Joyce mengangguk dan lalu membuat Jake tanpa berkata langsung berjalan ke arah lain rumah itu, kemudian kembali dengan membawa sebuah bungkusan.

Bungkusan itu perak dari kertas, seperti alat membungkus makanan modern. Ukurannya seperti memuat tiga batang rokok dan sisa-sisa tembakau masih menyerbuk di dalamnya.

"Ini sudah semua?" tanya Richard.


"Sudah. Itu yang didapatkan oleh Joyce malam James terkapar. Benar begitu kan?" Jake melihat ke arah ibu tirinya.

"Ya, memang benar. Sumpah demi Tuhan, barang-barang terkutuk itulah yang membuat James seperti ini. Oh, James yang malang. Seharusnya dia mati dengan cara yang lebih baik."

Jake dan Richard terkejut dengan pernyataan itu. Menyadari ada yang salah dengan ucapannya, Joyce meminta maaf, kemudian berkata, "Dia pria terhormat, dia harus sembuh." Kemudian perempuan itu berlalu keluar, berkata masih memiliki pekerjaan di asrama, berharap suaminya dapat segera disembuhkan.

Richard membuka gulungan kertas itu, membawanya ke dekat jendela kemudian melakukan pengamatan sepintas. Akan tetapi waktu sepintas itulah yang cukup ia butuhkan untuk menyimpulkan sesuatu yang tiba-tiba hinggap di kepalanya.

"Jika ini benar.... Permisi, Jake. Bisakah kau mengantarkan saya memeriksa tempat James meminum-minum malam itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun