Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Botol Susu di Pinggir Jalan (1)

12 Juni 2010   17:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:35 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Atas inisiatif petugas polisi yang baru saja tiba, orang-orang yang sejak tadi berkerumun akhirnya berinisiatif memindahkan korban ke pos polisi. Seorang perempuan muda penjaga toko yang tadi sebelumnya menikmati acara infotainment di tokonya kini nampak menggendong bayi malang yang sebelumnya dipisahkan dari kain di tubuh nenek itu.

Nenek itu digotong beramai-ramai menyeberangi persimpangan jalan menuju pos polisi. Tak urung ini jadi pemandangan yang tak biasa di sore hari minggu libur ini. Di bawah guyuran hujan bulan Mei, seorang nenek dan bayinya menjadi korban tabrak lari.

***

Sementara itu di sepanjang jalan Ringroad Utara menuju arah timur sudah bersahutan suara sirine mobil HIGHWAT PATROL yang melaju kencang di belakang sebuah mobil pikap merah. Nampaknya mobil merah itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah dan berhenti. Rodanya yang besar membuatnya melaju lebih kencang daripada mobil polisi yang berjenis sedan. Bahkan percikan-percikan air yang diakibatkan rodanya itu tak jarang mengenai pengendara roda dua yang melaju di jalur lambat pada sisi kirinya.

""Sabar ya sayang, sebentar lagi kita sampai." seorang pemuda di belakang kemudi mobil yang melaju kencang itu berusaha menenangkan orang yang di sampingnya. Orang di sampinya ini adalah seorang perempuan muda yang nampak kesakitan. Ia merintih terus hingga tidak bisa berkata satu kata pun. Kedua tangannya terus memegangi perutnya yang besar dan terbalut baju berbahan tipis mirip pakaian tidur itu. Sesekali ia berusaha menggapai tangan suaminya di belakang stir. Namun di pikiran suaminya, apapun yang terjadi, mereka harus tiba di RS secepat mungkin, atau istri dan calon bayinya celaka. Ia pun tidak memperdulikan apapun di depannya, sembari terus menekan-nekan klakson mobilnya yang berlogo belah ketupat susun tiga.

"Papa.... sakiiiiiiiiiiiiiiitt....", kembali istrinya berteriak. Ia merasa semakin tersiksa karena gaya yang ditimbulkan oleh mobil yang melaju kencang. Di pahanya kini mengalir cairan bening kekuningan yang membasahi hingga ke jok berbahan kulit di situ.


"Ya sayang kamu yang kuat yah.... Aku ada di sini.", sang suami berusaha menguatakan sambil terus berkonsentrasi menerobos barisan kendaraan di atas aspal yang basah ini. Wiper penghalau air yang bergerak bolak balik di kaca depan mobilnya malah membuatnya pusing dan semakin melaju.

"PERHATIAN, ANDA DI KENDARAAN PIKAP MERAH AB 2341 PE. HARAP MENEPI. INI PERINTAH.", nampaknya beberapa petugas polisi dalam mobil pengejar bersirine itu seudah mulai hilang kesabaran.

Nampaknya tersangka kali ini mulai tidak memikirkan apa-apa selain harus sampai di tempat tujuannya secepat mungkin. Sang suami pengendara nekat ini pun yakin bahwa ia akan bisa membawa istrinya ke Jogja International Hospital yang jaraknya tidak sampai 2 kilomter lagi di depan mereka. Keringat mulai menetes dari atas dahinya. Giginya terkatup rapat. Keringatnya bahkan hampir sama derasnya dengan istrinya yang sedari tadi meraung-raung kesakitan.

Sang suami semakin panik saat melihat di cermin kanannya. Nampak olehnya bayangan setidaknya tiga mobil polisi berjenis sedan dan satu berjenis sama dengan mobilnya. Bahkan mobil polisi kap terbuka ini melaju lebih kencang hingga akhirnya bisa sejajar di sebelah kanan mobil Mitsubishi merah pasangan muda itu.

Seorang polisi setengah baya berseragam lengkap melambai-lambaikan tangan dari balik jendela kaca yang basah di samping ia duduk sekarang. Mulut polisi itupun komat-kamit namun tidak terdengar sama sekali olehnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun