Siapa yang nggak mau pensiun dini dan menikmati sisa hidup dengan rasa tenang dan senang? Semua orang mau. Tapi, apa kabar generasi sandwich? Jangankan pensiun, untuk hidup saja bagi generasi sandwich sudah untung banget. Bisa memenuhi kebutuhan tanpa minus saja merupakan prestasi yang membahagiakan.
Generasi sandwich singkatnya adalah generasi yang memenuhi tanggung jawab finansial tiga generasi sekaligus, orang tuanya, diri mereka sendiri, dan anak mereka. Bagi generasi sandwich, tekanan finansial dan non-finansial parah membuat fokus terkuras untuk bertahan hidup. Jadi, jangankan perencanaan keuangan untuk pensiun, perencanaan bulan depan aja belum tentu bisa terlaksana.
Beban Finansial Ganda yang Mencekik
Memenuhi kebutuhan orang tua, diri sendiri, dan anak merupakan tantangan berat. Bayangkan, kebutuhan orang tua yang mulai menua tentu besar. Mulai dari biaya kesehatan sampai kehidupan sehari-hari. Belum kebutuhan anak yang juga tinggi, di masa depan, akan ada biaya pendidikan, kesehatan, ditambah perintilan lain yang diinginkan anak.
Akhirnya, bisa saja gaji yang dimiliki generasi sandwich itu nggak bersisa, bahkan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. jangankan untuk alokasi investasi dana pensiun, tabungan bulanan saja sulit. Uang pun lewat begitu aja kayak angin lalu dan harus bertahan lagi sampai tanggal gajian tiba.
Tekanan Waktu, Energi, dan Mental
Bukan cuma soal uang, generasi sandwich juga sulit untuk membagi waktu. Kalau orang tuanya sakit-sakitan dan nggak punya uang, tentu ia harus mengantar ke dokter dan ikut merawatnya. Setelahnya, waktunya terkuras habis untuk mengurus anak, mulai dari soal sekolahnya, sampai keinginan anak untuk bermain.
Generasi sandwich akan rentan stres, burnout, dan mengalami kecemasan untuk menyeimbangkan waktu untuk itu semua. Belum lagi kalau lagi pengen me time, ditambah harus mengurus rumah tangga sendiri. Kondisi ini bikin generasi sandwich nggak punya waktu dan tenaga untuk merancang rencana keuangan masa depan.
Tantangan Karir dan Stagnasi Pendapatan
Saat ini kondisi ekonomi sedang dipenuhi ketidakpastian, PHK di mana-mana, dan harga melambung tinggi. Jangankan berharap promosi, bisa diperpanjang kontrak atau kena PHK pun sudah untung bagi generasi sandwich. Otomatis, hal ini berdampak pada pendapatan yang stagnan dan nggak naik-naik.
Seringkali, kenaikan gaji tidak secepat kenaikan biaya hidup dan biaya darurat lainnya. Kalau pun naik gaji, inflasi udah duluan bikin keuangan boncos dari bulan ke bulan. Belum lagi kalau ada kejadian nggak terduga seperti kecelakaan, anak sakit, atau badan kita sendiri yang sakit. Tentu bisa jadi masalah tambahan di masa depan.
Rendahnya Literasi dan Infrastruktur Pendukung
Hidup generasi sandwich ini terpatok pada kebutuhan saat ini dan siklus gaji ke gaji yang berulang. Jangankan untuk belajar tentang investasi dan keuangan, uangnya saja sudah hilang duluan. Sebab, sebelum merencanakan pensiun, tentu harus merencanakan investasi terlebih dahulu biar hidup seusai pensiun lebih mudah.
Sistem jaminan sosial dan pensiun di Indonesia terkenal nggak matang dan banyak kekurangan. Tapi, belum kunjung diperbaiki atau diupgrade menjadi lebih baik lagi. Masalah ini akan menggerogoti generasi sandwich yang semakin ke sini makin tua dan kelelahan. Seringkali hasil dari jaminan sosial itu nggak seberapa dan cuma memenuhi beberapa bulan saja.