Meski menjanjikan, implementasi Sekolah Rakyat menghadapi tantangan kompleks. Tantangan awal adalah proses seleksi peserta didik. Dengan keterbatasan kapasitas dan sumber daya, diperlukan sistem seleksi yang adil dan tepat sasaran agar program ini benar-benar menyentuh mereka yang paling membutuhkan.
Tantangan lain adalah aspek kualitas. Banyak relawan pengajar yang memiliki semangat tinggi, namun tidak semua memiliki latar belakang pendidikan atau pelatihan pedagogis yang memadai, sehingga dapat terjadi kesenjangan dalam mutu pembelajaran.
Keberlanjutan program juga menjadi masalah penting. Karena umumnya tidak dibiayai dari anggaran rutin pemerintah, ketergantungan pada sumbangan atau dana hibah menjadikan program ini rentan terhadap fluktuasi pendanaan. Jika tidak ditopang dukungan stabil, Sekolah Rakyat berisiko terhenti di tengah jalan.
Masalah lainnya adalah belum adanya pengakuan formal terhadap ijazah atau hasil belajar peserta didik Sekolah Rakyat. Ini bisa menjadi hambatan bagi lulusan yang ingin melanjutkan ke jenjang lebih tinggi atau memasuki dunia kerja formal. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk menjembatani pendidikan alternatif ini dengan sistem pendidikan nasional agar tetap inklusif tanpa terpinggirkan secara administratif
Sekolah Rakyat bukan sekadar alternatif pendidikan, melainkan bagian dari solusi untuk memastikan setiap anak memperoleh haknya atas pendidikan yang layak. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, dengan dukungan kebijakan yang tepat serta kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, model pendidikan ini dapat menjadi jawaban bagi jutaan anak yang belum terlayani oleh pendidikan formal. Pendidikan bukan sekadar angka dan statistik, melainkan soal membuka pintu masa depan bagi anak-anak Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI