Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - Student of Master Degree - Diponegoro University

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Adu Tangis di Ruang Tamu

8 Februari 2021   23:19 Diperbarui: 8 Februari 2021   23:25 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku berusaha memperbaiki diri agar bisa mengimbangimu, kau itu alasanku untuk ini semua. Tapi, kenapa setelah aku benar-benar bisa mengubah hal buruk di masa lalu, kau malah begini?"

"Aku nggak pernah minta Abang menjadikanku alasan untuk berubah dan jika memang aku yang menjadi alasan Abang untuk itu semua, aku kecewa. Berarti selama ini, Abang nggak tulus dong untuk memperbaiki diri?"

"Nggak gitu. Bagiku, kau itu motivasi untuk semua ini dengan harapan, aku bisa balik lagi samamu. Tapi, kalau kenyataanya begini? Ya untuk apa?" kelagepan, dia mencoba untuk menjelaskan.

"Apa bedanya penjelasanmu itu dengan maksudku, Bang?"

Terdiam, dia tak bereaksi. Aku melihat matanya berkaca dan sesekali, dia menghela napas cukup panjang.

"Beri aku kesempatan, sekali lagi, aku mohon," lirihnya lagi.

Kini, aku yang terdiam. Bukan bimbang, hanya aku memang tidak bisa lagi kembali dengan dia. Terlepas dari perbedaan agama di antara kami, aku memang tidak tertarik untuk berhubungan romantis dengan siapapun. Bagiku, hubungan tanpa arah yang jelas adalah sebuah kesia-siaan. Aku tidak ingin membuang waktu untuk hal yang tidak berguna.

"Jangan-jangan, kau begini karena emang udah ada cowok baru?" selidiknya.

"Harus aku ulang berapa kali jawaban soal pertanyaanmu ini, Bang?" kataku setengah membentak.

Mungkin sudah tiga kali dia menanyakan hal tersebut dan jawabanku pun sama, aku tidak berpacaran dengan siapapun. Tapi, aku memiliki support system yang memang membuatku semangat untuk menuntaskan kewajiban belajarku di sini. Bahkan, tiga minggu yang lalu pun aku menjelaskan dengan rinci perihal pilihan hidupku saat ini. Harusnya, penjelasan itu sudah lebih dari cukup.

"Sesungguhnya, aku ke sini untuk mengajakmu ke Medan karena memang aku ingin serius samamu," celetuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun