Deru suara hujan yang jatuh menabrak bumi. Membunyikan suara gemericik yang menenangkan jiwa yang sedang berisik. Dingin hujan yang menyerang ke panca indra manusia namun, tetap kalah dengan panasnya medan pertempuran antara sang serigala alpa yang sedang terjebak dalam kandang bebek. Makhluk yang terdengar ganas nan bengis itu dipaksa tunduk oleh doktrinasi yang membuatnya kehilangan jati diri sebagai seorang pemangsa.
Pada awalnya seekor serigala ini sedang menyusuri hutan rimbun untuk mencari seekor mangsa yang akan ia buat sebagai kudapan untuk mengisi perutnya yang sudah merintih. “apakah masih jauh kita mencari mangsa? Kita sudah masuk jauh kedalam hutan namun tidak satupun mangsa kita lihat. Rusa satupun tidak kita jumpai.” Ucap salah seorang teman serigala. “Sudah kita lanjutkan saja perjalanannya siapa tau kita menemukan mangsa yang tepat” ucap tenang sang serigala alpha.
Dua serigala ini tidak berjalan berdua melainkan membentuk kawanan yang tersusun dari 3 bagian. Bagian pertama yang berjalan paling depan merupakan bagian kawanan yang teridiri dari serigala tua, serigala anak dan serigala betina. Bagian yang selanjutnya adalah kawanan serigala yang sudah remaja. Bagian terakhir adalah tempat pimpinan dari serigala itu.
Begitulah kiranya hierarki tersebut terlihat remeh namun penuh arti dimana sang serigala yang sudah lemah tidak tertinggal begitu saja dari kawanan dan tetap dalam pantauan sang alpha serigala. Kawanan ini melakukan perjalanan untuk bisa pergi ke hutan sebelah karena melihat hutan mereka sudah gersang dan sudah diamuk oleh api yang dinyalakan oleh manusia.
Api itu berkecamuk dan memakan dengan rakus pohon-pohon yang berdiri tegak. Banyak hewan yang terbakar hidup-hidup. Rintihan hewan-hewan tersebut alpha mengutuk tindakan rakus manusia-manusia yang sudah membuat tempat tinggalnya hancur lebur.
Hari demi hari berlalu setelah mengumpulkan semua mayat hewan yang sudah tidak lagi bernyawa. Alpha mengumpulkan semua kawanan serigala yang masih hidup. “lihat apa yang sudah diperbuat oleh makhluk biadab itu, banyak hewan-hewan yang mati dengan pedih hanya karena ingin mendirikan kandang bebek manusia-manusia itu membakar tempat kita tinggal. Mereka sudah membinasakan teman-teman kita dan juga hewan lain.” tegas Alpa. “Manusia-manusia ini sungguh biadab. Ayo kita lawan mereka. Ucap seekor monyet yang darahnya sudah mendidih karena semua kawannnya mati terbakar.
“Jangan nekat. Lihatlah pasukan kita masih belum cukup untuk melawan mereka. Mereka juga bisa saja mencuci otak kalian untuk membunuh kawanan kalian sendiri.” Tegas rusa.
“Kita boleh saja menyerang mereka namun kita harus mencari sumber makanan kita dulu, mengumpulkan kawanan-kawanan kita yang lain.” Ujar monyet.
“Baik sekarang kita kumpulkan saja kawanan kita yang masih hidup. Evakuasi semua kawan-kawan kita tanpa terkecuali”. Ujar singa selaku raja hutan.
“Baik”. Ucap semua hewan.