Pagi hari di sebagian besar permukiman Indonesia diwarnai oleh pemandangan yang sama: anak-anak seragam sekolah yang terburu-buru, sering kali dengan mata yang masih mengantuk, mengejar waktu untuk sampai di gerbang sekolah sebelum pukul 07.00. Mereka kemudian akan menghabiskan waktu hingga sore, bahkan seringkali hingga malam, dengan les dan tugas yang menumpuk. Sebagai negara dengan nilai-nilai ketimuran dan religiusitas yang kuat, sudahkah model pendidikan seperti ini sejalan dengan tujuan kita mendidik generasi penerus?
Pembahasan kita mengerucut pada sebuah paradoks: di satu sisi, kita ingin anak-anak disiplin dan berprestasi. Di sisi lain, jadwal yang padat bak "pekerja kantoran" ini justru memicu burnout, kurang tidur kronis, dan mengikis masa kecil mereka. Riset neurosains modern dan nilai-nilai Islam justru bersepakat bahwa model ini keliru.
Dampak Buruk yang Terabaikan
Riset dari American Academy of Pediatrics (2014) jelas menganjurkan agar sekolah menengah tidak dimulai sebelum pukul 08.30. Alasannya, ritme sirkadian alami remaja menyebabkan mereka tidur dan bangun lebih siang. Memaksa otak yang masih lelah untuk berkonsentrasi justru kontraproduktif. Akibatnya, seperti yang diungkap dalam studi Journal of Clinical Sleep Medicine, kurang tidur pada remaja berkorelasi dengan menurunnya performa akademik, meningkatnya risiko depresi, dan masalah kesehatan.
Lantas, di manakah nilai-nilai Islam dalam hal ini?
Islam adalah agama yang memuliakan ilmu pengetahuan. Wahyu pertama yang turun adalah perintah "Iqra!" (Bacalah!). Namun, Islam juga sangat menghargai keseimbangan (tawazun) dan tidak menghendaki umatnya melakukan sesuatu secara berlebihan ("...dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." - QS. An-Nisa': 29).
Bangun untuk sholat Subuh seharusnya menjadi pembuka hari yang penuh berkah dan ketenangan, bukan sekadar "alarm" untuk memulai perlombaan mengejar waktu. Nabi Muhammad SAW juga bersabda: "Tidur yang cepat (di awal malam) dan bangun di pertengahan malam untuk shalat, itulah tidur yang berbarakah." (HR. Ath-Thabrani). Hadits ini menekankan pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas, bukan tidur larut karena mengerjakan PR lalu bangun dalam keadaan kelelahan.
Lalu, seperti apa sekolah yang kita damba?
Sekolah seharusnya menjadi "taman" yang dirindukan, tempat di mana rasa ingin tahu disirami, karakter dibentuk, dan memori indah dikumpulkan. Ilmu yang dipelajari dengan gembira dan penuh kesadaran akan melekat lebih kuat dan menjadi bekal yang jauh lebih berharga dalam bermasyarakat daripada sekadar deretan angka di rapor.
Beberapa langkah konkret yang dapat dipertimbangkan:
1. Menunda Jam Masuk Sekolah: Mulai pukul 08.00 atau 08.30 untuk memberi waktu pemulihan pasca-Shubuh dan sarapan yang cukup.