“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Artinya, cinta itu tidak bisa hanya berupa klaim. Ia harus diikuti perilaku.
Shalawat adalah Ritual yang Menguatkan Kedekatan
Shalawat memang salah satu ibadah yang agung. Al-Qur’an menyebut Allah SWT dan para malaikat bershalawat untuk Nabi. Namun, shalawat bukan sekadar repetisi kata.
Ketika kita membaca shalawat dengan hati yang sadar, itu menjadi pengingat akhlak Nabi. Tapi bila shalawat hanya rutinitas tanpa refleksi, manfaatnya jadi dangkal.
Konteks kontemporer:
Saat ini, teknologi membuat shalawat viral. Audio shalawat di TikTok, status WhatsApp, video YouTube. Ini tentu positif, tapi pertanyaannya: apakah viralitas itu membuat kita lebih sabar seperti Nabi? Lebih jujur? Lebih rendah hati?
Sebagaimana ditegaskan oleh Yusuf al-Qaradawi dalam Fiqh al-Sirah:
“Cinta Nabi yang tidak membuahkan amal hanya menjadi slogan yang memudar.”
Akhlak Rasulullah sebagai Bukti Cinta yang Sejati
Akhlak Nabi ﷺ adalah representasi cinta paling nyata. Jika kita mencintai seseorang, kita ingin menjadi sepertinya.