Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mengenal Fenomena Pamer Harta (Flexing) dan Dampaknya bagi Kehidupan Kita

7 Februari 2022   12:41 Diperbarui: 7 Februari 2022   18:58 10410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang lebih mengkhawatirkan justru adalah fenomena flexing oleh orang-orang yang mengaku sok kaya dan menghalalkan segala cara termasuk meminjam atau menipu orang-orang untuk menunjukkannya di media sosial demi jumlah likes, pengakuan orang-orang bahkan niat buruk lainnya.

Bagi yang sudah menonton The Tinder Swindler di kanal Netflix pasti tahu bagaimana seorang penipu profesional dengan berbagai akal bulusnya menampilkan gaya hidup jetsetnya di media sosialnya dan dengan itu dia berhasil menipu banyak perempuan melalui aplikasi Tinder, padahal aslinya sang penipu membiayai gaya hidupnya tersebut dari hasil penipuan perempuan lainnya mirip dengan skema ponzi.

Di Indonesia jangan salah banyak juga penipu dari berbagai kalangan yang melakukan penipuan dan pemolesan citra dirinya dengan flexing.

Banyak yang suka menampilkan tas-tas bermerek atau berliannya di media sosial, eh tak tahunya tas tersebut terkonfirmasi palsu. Ada juga yang menampilkan mobil-mobil mewahnya, tak tahunya menunggak pembayarannya di leasing atau bank. 

Ada juga yang suka pamer saldo rekening banknya yang berjumlah miliaran, padahal hutangnya di bank jauh lebih besar. Ada juga yang pamer jalan-jalan dengan fasilitas VIP, tak tahunya adalah penipu para jemaah haji dan umroh.

Masyarakat banyak yang sudah tertipu dibuatnya, bahkan sampai memuja-muja mereka dengan penyematan status sultan, crazy rich, miliarder dan lain sebagainya padahal semua hanyalah kamuflase ataupun fatamorgana dalam media sosial.

Di lain sisi, fenomena flexing ini seolah menjadi ironi dan pembuat jarak yang lebar antara kelas sosial di masyarakat Indonesia yang sekarang maish berjuang dalam masa pandemi. 

Tak heran bahkan di Republik Rakyat Tiongkok dengan sistem sosialisnya melarang dan memberikan sanksi keras bagi para pelaku flexing terutama oleh public figure. Mereka tidak segan-segan menangkapi dan memenjarakan pelakunya.

Konsekuensi Flexing

Konsekuensi Flexing. Sumber: akutahu.com
Konsekuensi Flexing. Sumber: akutahu.com

Tidak ada asap, jika tidak ada api. Tidak akan ada reaksi, jika tidak ada aksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun