Mohon tunggu...
Aska Karim
Aska Karim Mohon Tunggu... Pendidik -

Berusaha berbagi lebih indah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2017

2 Agustus 2017   23:27 Diperbarui: 2 Agustus 2017   23:41 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
*dokumentasi pribadi studio grafis minggiran

Usai sudah Pekan Seni Grafis Yogyakarta (PSGY) 2017 di gelar, acara yang digagas oleh Studio Grafis Minggiran berkerja sama dengan Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Ada berbagai rangkaian kegiatan di antaranya, pameran karya seni grafis dari kelompok penggrafis dan seniman individu, kemudian ada juga karya koleksi ISI Yogyakarta dan juga koleksi pribadi, yang semua karyanya di proses dari beragam teknik grafis.   Spesial, Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2017 yang di kuratori oleh Bambang Toko dan Deni Rahman ini menghadirkan sebuah karya seni yang awalnya adalah lukisan kemudian di rekontruksi menjadi karya grafis namun sama sekali tidak jauh berbeda pendekatan warna dan artistik dari seni lukis ke seni grafis, Adalah karya dari Salvador Dali berjudul ESPANA. 

Lukisan bernuansa surealis ini merupakan kolesi pribadi dari Sapto Raharjo (Athonk) Yang merupakan warisan/hadiah dari mertuanya. Bersamaan dengan pameran itu adapun kegiatan workshop 7 teknik cetak seni grafis yaitu Cukil Kayu, Stensil, Alugrafi, Photolitografi, Etsa, Screen Printing, Ukiyo-E (teknik grafis tertua berasal dari jepang). Dari pengetahuan teknik yang sudah di bagikan melalui workshop, penyelenggara juga membuat kompetisi karya seni grafis tingkat SMA/SMK sederajat bertema Kebersamaan Rekan Berkesenian dalam ranah akademis dan kompetisi karya poster bertema Bineka Tunggal Ika kategori umum. Di sini saya juga berpartisipasi meramaikan kompetisi ini, namun masih kurang beruntung. hehe.. dan acara ini ditutup dibarengi dengan seminar Perkembangan Seni Grafis Dari Teknik Maupun Wacana Seni Grafis Di Indonesia.

Dari semua kegiatan di atas saya salah satunya yang beruntung untuk mengikuti semuanya, merasakan bagaimana uvoria acara Pembukaan Pameran Seni Grafis tanggal 18 Juli 2017 yang banyak di hadiri seniman grafis. Ini pertama bagi saya menghadiri sebuah pembukaan pameran besar seni grafis karena memang orang orang yang saya lihat tidak terlalu familiar, karena basik saya di lukis yang sering hadir di acara pembukaan pameran seni lukis.

Pertama kali saya melihat karya karya yang di pajang di Jogja Nasional Musium ini, setahu saya mereka para seniman grafis menghasilkan sebuah visual dengan teknik cetak, ada banyak teknik yang di gunakan namun hanya beberapa saja yang saya tau karena pernah di praktikan di kampus.

Semua karya yang di pamerkan sangat menarik dan membuat saya kagum karena karya yang di pajang merupakan hasil cetakan, semua seniman sangat mementingkan sebuah visual yang artistik dengan hasil cetak yang berkualitas untuk menyampaikan gagasan dari masing masing seniman sendiri.

Di hari selanjutnya setelah pameran di buka, workshop teknik cetak grafis dimulai. Pada hari pertama, karena terlalu semangat saya datang lebih awal. Saat sampai di JNM saya melihat para panitia dan pengajar workshop masih memersiapkan semua alat dan bahan praktik. Pengajarnya sendiri adalah para seniman profesional di masing masing teknik, mereka juga seniman yang karyanya di pamerkan di acara PSGY 2017. Sebagian teknik yang diajarkan di workshop ini tidak diajarkan di kampus saya yaitu ISI Yogyakarta. Dengan begitu saya sangat antusias karena mereka secara cuma cuma membagi rahasia teknik yang di pakai dalam karya seninya, dan juga lebih mengenal seniman seni grafis melalui diskusi saat workshop berlangsung, banyak sekali ilmu yang mereka bagikan tentang proses pengkaryaan secara umum, bukan hanya di lingkup seni grafis saja, namun mereka sudah melihat seni dari berbagai karya seni. Yah walaupun awalnya malu malu untuk memulai berdiskusi.

*dokumentasi pribadi studio grafis minggiran
*dokumentasi pribadi studio grafis minggiran
Workshop di selenggarakan oleh Studio Grafis Minggiran Dan Dinas Kebudayaan Yogyakarta ini, tanpa memungut biaya kepada peserta yang ingin mengikutinya. Semua alat dan bahan  di tanggung oleh  penyelenggara. Jadi selain peserta mendapat ilmu baru seperti apa teknik cetak grafis, peserta juga menghasilkan satu karya grafis dan hasilnya juga di pamerkan di space khusus bersamaan dengan karya seniman grafis.

Kegiatan ini juga bertujuan untuk edukasi atau menambah pengetahuan kepada masyarakat cara mencetak dari berbagai teknik cetak seni grafis yang digunakan oleh seniman grafis pada umumnya untuk berkarya. Workshop di laksanakan 5 hari mulai tanggal 19 Juli sampai dengan 23 Juli 2017. Pesera yang mengikuti workshop ini dapat memilih teknik yang akan dipelajari setiap harinya, dan  mendapat sertifikat workshop dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta.

Memang tak ada habisnya kegiatan yang di selenggarakan sembari pameran berlangsung selama 2 minggu. Di hari terakhir pameran di tutup dengan sebuah seminar membahas Medan Seni Grafis di laksanakan di Gedung Ajiasa JNM. Seminar yang juga bersertifikat Dinas Kebudayaan Yogyakarta ini umum dan gratis maksimal 200 kursi.

*dokumentasi pribadi studio grafis minggiran
*dokumentasi pribadi studio grafis minggiran
Seminar 2 sesi ini di isi oleh 4 pembicara yang berbeda, sesi pertama bersama kurator pameran yaitu Bambang Toko Wijaksono membahas wacana seni grafis dan perkembanganya di Indonesia dan juga seniman kontemporer Theresia Agustina Sitompul yang membagi rahasianya dalam eksplorasi medium di cetak seni grafis dengan sebuah karbon untuk pengganti tinta yang merupakan bahan utama untuk mencetak.

Diskusi pertama sangat menarik, disini Pak Bambang mengutarakan sebuah wacana dari Acara Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2017. Bahwasanya melihat Perkembangan seni grafis di indonesia saat ini masih saja membicarakan perbedaan seni grafis konvensional dengan pengerjaan tradisional dan seni grafis fungsional / desain grafis dengan pengerjaan menggunakan teknologi komputer. Masyarakat juga  masih dibayangi persamaan kata "grafis" yang dipakai, sehingga sulit untuk membedakan dua hal yang seharusnya sangat berbeda, kemudian teknik grafis yang sangat melekat pada karya grafis, dan juga masih mempermasalahkan akan kesadaran masyarakat tentang teknik seni grafis itu sendiri. Itulah mengapa acara PSGY 2017 lebih memfokuskan kepada pengetahuan kepada masyarakat, seperti workshop teknik cetak grafis. Memang masyarakat indonesia sendiri juga masih saja memandang seni grafis melulu tentang tekniknya. 

Pak Bambang juga menjelaskan penanda untuk perkembangan seni grafis di Indonesia dari teknis dan juga wacananya melalui pameran seni grafis yaitu, Dari pameran ini masyarakat bisa mengetahui sebuah karya seni grafis dari luar negri oleh Salvador Dali berjudul ESPANA yang menggunakan teknik lithografi di buat tahun 1938 yang pada masa itu bahan yang digunakan untuk membuatnya masih menggunakan sebuah medium khusus berupa batu limestone. teknik ini juga masih langka di gunakan para seniman karena memang sukarnya mendapatkan batu tersebut. Di Indonesia teknik lithografi menggunakan batu limestone ini baru ada infrastrukturnya hanya di ITB yang merupakan sumbangan langsung dari Jerman. Dari karya ESPANA yang di hadirkan oleh PSGY 2017, ingin menunjukan kepada masyarakat indonesia bagaimana wacana yang di angkat oleh Salvandor Dali pada saat itu.

Dari uraian Pak Bambang tadi, menurut saya seharusnya masyarakat sekarang juga harus di upgrade pengetahuanya tidak melulu pada tekniknya, tapi juga melalui perkembangan wacana yang lebih segar dengan lebih di perbanyak diskusi tentang perkembangan wacana di luar indonesia. Walaupun begitu, ketika masyarakat melihat langsung karya seni grafis pasti sangat penasaran kepada teknik yang dipakai untuk membuat karya grafis, seperti saya ketika awam melihat karya seni grafis waktu pembukaan pameran. Dengan alasan ini saya juga setuju dengan wacana diadakannya workshop pada setiap acara yang berkaitan dengan seni grafis.

Setelah mengukuti workshop itu, saya menyadari bahwa karya seni grafis dikerjakan dengan kesabaran yang tinggi untuk menciptakan satu visual yang bisa dimantapkan untuk dipamerkan. Grafis Konvensional yang dipamerkan PSGY 2017 tidak sembarang artistik juga, artistik yang di suguhkan seni grafis pada umumnya sangat mempertimbangkan kerapian pada hasil cetakan. Layak tidaknya karya grafis memang terlihat di hasil cetakannya karena seni grafis masih saklek dengan aturan-aturan grafis konvensional, karena itu, ketelatenan dan kesabaran sangat dibutuhkan untuk berkarya seni grafis. 

Karya grafis merupakan karya seni yang multiplikasi, yang dicetak dengan beberapa edisi. Jadi perkembangan hasil cetakan dari edisi pertama hingga edisi terakhir akan terlihat jelas. jumlah edisi karya sesuai dengan keinginan si senimanya, dan dari beberapa edisi tersebut kadang kala  tidak bisa sampai kepada selera artistik seniman. Kemudian seniman memilih edisi yang benar-benar sempurna sesuai dengan pencapaian artistik yang diinginkan yang siap dipamerkan.

Sesi kedua lebih menguak segala perkembangan seni grafis di dunia oleh Maryanto, penggagas awal Studio Grafis Minggiran dan Muhammad Yusuf 'Ucup' seniman yang telah berkelana memamerkan karyanya di mancanegara, dia membagikan perjalanan karirnya melalui pameran pameran berbagai negara dan prestasi yang ia dapat.

Karya seni di luar negri sudah sangat pesat perkembanganya terutama medium yang di pakai untuk membuat karya seni. saat ini sudah tersebar mitos seni kontemporer di Indonesia yang seharusnya tak lagi mempermasalahkan segmentasi seniman menggunakan medium, yang berarti, seniman sudah sangat bebas berkarya tanpa harus di kategorikan menjadi penggrafis, pelukis, pematung, dan sebagainya. Dan pengetahuan ini yang seharusnya lebih di tanamkan dalam pemikiran masyarakat sekarang ( penikmat seni ).

Sebenarnya sudah banyak seniman Indonesia yang menjelajah teknik dan medium untuk menghasilkan karya kontemporer. Dalam penyampaian sebuah gagasan atau wacanaya ke kepada masyarakat, seorang seniman seharusnya tidak hanya menyampaikan melalui hasil karyanya yang di pamerkan di galeri saja, harus lebih berfariasi.

Dari penjelasan Mas Maryanto di atas, kemudian ia mencontohkan dalam satu kasus melalui pameran yang ia kunjungi di kota kecil Munster, yaitu Sculpture Project Munster 2017 ( terjadi setiap sepuluh tahun sejak 1917 ) yang membahas isu seni patung dari perspektif yang berbeda, mulai dari tradisi patung berbasis objek yang dipasang permanen maupun sementara di sudut kota, hingga karya karya performace dan partisipatif. Dalam mensosialisasi event dengan isu seni patung ini kepada masyarakat, penyelenggara menarik masyarakat untuk datang ke pameran ini salah satunya dengan menyediakan studio tato, siapapun yang datang dan bersedia di tato secara gratis. 

Di kasus ini Maryanto membuktilan bahwa sebuah bahasan tentang wacanya seni grafis atau mensosialisaikan wacana seni grafis ke masyarakat tidak hanya melalui pameran dan diskusi, tapi sangat bisa untuk membuat sebuah kegiatan yang khusus membicarakan seni grafis, entah dari pertunjukan video art, film, atau performace art dan sebagainya. Jadi tidak melulu membicarakan seni grafis juga dengan karya seni grafis.

Saya sangat setuju dengan pendapat maryanto, karena memang saya liat jarang sekali propaganda-propaganda yang fokus memicarakan soal seni. Kebanyakan propaganda sekarang disebarkan hanya di media digital. Dalam suasana yang nyata kurang begitu terlihat.

Setelah mengenang dua minggu saat PGSY 2017 berlangsung pasca penutupan pada tanggal 31 Juli 2017, tersa sangat padat ilmu yang saya peroleh. Menjadi kabar gembira setelah mendengar sebuah rencana bahwa acara ini akan menjadi acara dua tahunan. Penasaran sekali bagaimana pekan grafis yang selanjutnya dan menantikan sebuah  kejutan wacana wacanya baru, yang disertai karya karya yang keren dari teknik cetak seni grafis yang akan dihadirkan dalam acara ini selanjutnya.

*dokumentasi pribadi studio grafis minggiran

Oleh : Desy Febrianti 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun