Mohon tunggu...
Aska Karim
Aska Karim Mohon Tunggu... Pendidik -

Berusaha berbagi lebih indah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2017

2 Agustus 2017   23:27 Diperbarui: 2 Agustus 2017   23:41 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
*dokumentasi pribadi studio grafis minggiran

Pak Bambang juga menjelaskan penanda untuk perkembangan seni grafis di Indonesia dari teknis dan juga wacananya melalui pameran seni grafis yaitu, Dari pameran ini masyarakat bisa mengetahui sebuah karya seni grafis dari luar negri oleh Salvador Dali berjudul ESPANA yang menggunakan teknik lithografi di buat tahun 1938 yang pada masa itu bahan yang digunakan untuk membuatnya masih menggunakan sebuah medium khusus berupa batu limestone. teknik ini juga masih langka di gunakan para seniman karena memang sukarnya mendapatkan batu tersebut. Di Indonesia teknik lithografi menggunakan batu limestone ini baru ada infrastrukturnya hanya di ITB yang merupakan sumbangan langsung dari Jerman. Dari karya ESPANA yang di hadirkan oleh PSGY 2017, ingin menunjukan kepada masyarakat indonesia bagaimana wacana yang di angkat oleh Salvandor Dali pada saat itu.

Dari uraian Pak Bambang tadi, menurut saya seharusnya masyarakat sekarang juga harus di upgrade pengetahuanya tidak melulu pada tekniknya, tapi juga melalui perkembangan wacana yang lebih segar dengan lebih di perbanyak diskusi tentang perkembangan wacana di luar indonesia. Walaupun begitu, ketika masyarakat melihat langsung karya seni grafis pasti sangat penasaran kepada teknik yang dipakai untuk membuat karya grafis, seperti saya ketika awam melihat karya seni grafis waktu pembukaan pameran. Dengan alasan ini saya juga setuju dengan wacana diadakannya workshop pada setiap acara yang berkaitan dengan seni grafis.

Setelah mengukuti workshop itu, saya menyadari bahwa karya seni grafis dikerjakan dengan kesabaran yang tinggi untuk menciptakan satu visual yang bisa dimantapkan untuk dipamerkan. Grafis Konvensional yang dipamerkan PSGY 2017 tidak sembarang artistik juga, artistik yang di suguhkan seni grafis pada umumnya sangat mempertimbangkan kerapian pada hasil cetakan. Layak tidaknya karya grafis memang terlihat di hasil cetakannya karena seni grafis masih saklek dengan aturan-aturan grafis konvensional, karena itu, ketelatenan dan kesabaran sangat dibutuhkan untuk berkarya seni grafis. 

Karya grafis merupakan karya seni yang multiplikasi, yang dicetak dengan beberapa edisi. Jadi perkembangan hasil cetakan dari edisi pertama hingga edisi terakhir akan terlihat jelas. jumlah edisi karya sesuai dengan keinginan si senimanya, dan dari beberapa edisi tersebut kadang kala  tidak bisa sampai kepada selera artistik seniman. Kemudian seniman memilih edisi yang benar-benar sempurna sesuai dengan pencapaian artistik yang diinginkan yang siap dipamerkan.

Sesi kedua lebih menguak segala perkembangan seni grafis di dunia oleh Maryanto, penggagas awal Studio Grafis Minggiran dan Muhammad Yusuf 'Ucup' seniman yang telah berkelana memamerkan karyanya di mancanegara, dia membagikan perjalanan karirnya melalui pameran pameran berbagai negara dan prestasi yang ia dapat.

Karya seni di luar negri sudah sangat pesat perkembanganya terutama medium yang di pakai untuk membuat karya seni. saat ini sudah tersebar mitos seni kontemporer di Indonesia yang seharusnya tak lagi mempermasalahkan segmentasi seniman menggunakan medium, yang berarti, seniman sudah sangat bebas berkarya tanpa harus di kategorikan menjadi penggrafis, pelukis, pematung, dan sebagainya. Dan pengetahuan ini yang seharusnya lebih di tanamkan dalam pemikiran masyarakat sekarang ( penikmat seni ).

Sebenarnya sudah banyak seniman Indonesia yang menjelajah teknik dan medium untuk menghasilkan karya kontemporer. Dalam penyampaian sebuah gagasan atau wacanaya ke kepada masyarakat, seorang seniman seharusnya tidak hanya menyampaikan melalui hasil karyanya yang di pamerkan di galeri saja, harus lebih berfariasi.

Dari penjelasan Mas Maryanto di atas, kemudian ia mencontohkan dalam satu kasus melalui pameran yang ia kunjungi di kota kecil Munster, yaitu Sculpture Project Munster 2017 ( terjadi setiap sepuluh tahun sejak 1917 ) yang membahas isu seni patung dari perspektif yang berbeda, mulai dari tradisi patung berbasis objek yang dipasang permanen maupun sementara di sudut kota, hingga karya karya performace dan partisipatif. Dalam mensosialisasi event dengan isu seni patung ini kepada masyarakat, penyelenggara menarik masyarakat untuk datang ke pameran ini salah satunya dengan menyediakan studio tato, siapapun yang datang dan bersedia di tato secara gratis. 

Di kasus ini Maryanto membuktilan bahwa sebuah bahasan tentang wacanya seni grafis atau mensosialisaikan wacana seni grafis ke masyarakat tidak hanya melalui pameran dan diskusi, tapi sangat bisa untuk membuat sebuah kegiatan yang khusus membicarakan seni grafis, entah dari pertunjukan video art, film, atau performace art dan sebagainya. Jadi tidak melulu membicarakan seni grafis juga dengan karya seni grafis.

Saya sangat setuju dengan pendapat maryanto, karena memang saya liat jarang sekali propaganda-propaganda yang fokus memicarakan soal seni. Kebanyakan propaganda sekarang disebarkan hanya di media digital. Dalam suasana yang nyata kurang begitu terlihat.

Setelah mengenang dua minggu saat PGSY 2017 berlangsung pasca penutupan pada tanggal 31 Juli 2017, tersa sangat padat ilmu yang saya peroleh. Menjadi kabar gembira setelah mendengar sebuah rencana bahwa acara ini akan menjadi acara dua tahunan. Penasaran sekali bagaimana pekan grafis yang selanjutnya dan menantikan sebuah  kejutan wacana wacanya baru, yang disertai karya karya yang keren dari teknik cetak seni grafis yang akan dihadirkan dalam acara ini selanjutnya.

*dokumentasi pribadi studio grafis minggiran

Oleh : Desy Febrianti 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun