Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Setengah Hati" Wadah Cuci Tangan di Tengah Ancaman Omicron

7 Januari 2022   16:31 Diperbarui: 8 Januari 2022   03:20 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga memanfaatkan fasilitas tempat cuci tangan atau wastafel portabel di jalan Bata, Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/3/2020).(ANTARA FOTO/ARIF FIRMANSYAH)

Just Sharing....

Kado kewaspadaan bagi warga dari akhir tahun 2021 hingga awal Januari 2022 bisa jadi adalah virus Corona varian Omicron. 

Varian terbaru dari Covid 19 ini seakan ancaman berikutnya setelah varian Delta yang memakan banyak korban. 

Virus memang selalu bermutasi. Pelajaran soal mikroorganisme parasit yang satu ini mungkin sudah kita pelajari saat duduk di bangku SMP atau SMA, meski tidak mendalam. 

Virus menyerang sistem kekebalan manusia dan mereplika dirinya dengan menumpang pada inangnya. 

Awalnya cuma nebeng sebentar, lama- lama malah merusak dan membunuh tempat nebengnya alias tubuh inangnya. 

Nah tubuh manusia adalah salah satu inang yang disukai virus untuk bertahan hidup dan meluaskan ekspansi. 

Dampaknya adalah beraneka penyakit yang muncul, di antaranya penyakit herpes simplex, cacar, hepatitis B, Influenza, HIV/AIDS dan hingga yang kini masih menjadi pandemi, yaitu Covid 19. 

Dilansir dari Covid19.go.id, data terbaru pada 6 Januari 2021 kemarin, sudah 226 negara di dunia warganya terinfeksi virus Corona. Bila ditotal ada  296, 4 juta orang dan yang meninggal dunia secara global terhitung 5,4 juta jiwa. 

Di Indonesia sendiri, 144 ribu warga kita sudah terhenti hidup nya dikarenakan virus ini dari 4,2 juta yang positif dan 4, 1 juta yang beroleh kesembuhan. 

Bila jumlah penduduk Indonesia 270 juta jiwa, berarti prosentase yang positif terpapar kurang lebih 1,55 persen sampai awal tahun 2022.

Screenshot kolase fot | Sumber situs Covid19.go.id
Screenshot kolase fot | Sumber situs Covid19.go.id

Terlihat kecil, namun bila ukurannya adalah nyawa dan hidup manusia, tentu tak bisa dianggap remeh. Butuh pencegahan dan penanganan. 

Selain program vaksinasi nasional dosis pertama hingga dosis kedua sebagai langkah pencegahan oleh pemerintah demi mengurangi paparan, anjuran prokes 3M juga diharapkan terus diterapkan masyarakat, salah satunya yakni kebiasaan mencuci tangan. 

Bila flashback ke pertengahan 2020 hingga pertengahan 2021 lalu, ketika lonjakan kasus Covid mulai terjadi di tanah air, pemandangan wadah tempat cuci tangan begitu menjamur di mana-mana. Mulai dari kantor pemerintahan, perusahaan swasta, pertokoan, mal, warung dan pasar-pasar, sekolah hingga komplek perumahan warga. Tujuannya demi menghindari penularan virus lewat media tangan dan jari. 

Secara ilmiah, struktur tubuh virus yang terbentuk oleh asam nukleat dan dilapisi protein pelindung, lebih mudah terlepas dan luruh bila dicuci dengan sabun dan air. 

Bisa jadi karena itu wajar bila pemandangan wadah cuci tangan ada di mana-mana. Ditambah kondisi saat itu virus Corona menyebar dengan cepat ke banyak warga. 

Foto wadah cuci tangan di lapak jajanan makanan dan minuman saat bulan Puasa tahun 2020 lalu | Dokumentasi pribadi
Foto wadah cuci tangan di lapak jajanan makanan dan minuman saat bulan Puasa tahun 2020 lalu | Dokumentasi pribadi

Tapi bagaimana sekarang ketika pandemi belum berakhir dan varian delta beralih jadi varian Omicron? Masihkah pemandangan wadah cuci tangan ada di mana-mana? 

Emang masih penting enggak sih manakala cairan pembasuh tangan ala-ala hand sanitizer bisa mensubsitusi fungsinya? Lantas apa alasannya sudah tak tersedia lagi?

Dilema wadah pencuci tangan dari sejumlah sisi.

1. Ada pemahaman di masyarakat "sudah vaksin berarti sudah kebal"

Sebenarnya tidak salah juga konsep berpikir seperti ini, karena salah satu tujuan vaksinasi adalah meminimalisir komplikasi terparah bila terpapar. 

Padahal meski sudah divaksin, masih ada kemungkinan bisa tertular juga. Dan sudah banyak buktinya yang bisa dilihat di laman berita atau berdasarkan kesaksian mantan penyintas Covid. 

Dari data terbaru pada 06 Januari 2022 di atas, sudah 168 juta warga Indonesia yang tervaksinasi dosis pertama. Dan dari 168 juta ini, ada 115,5 juta penduduk yang sudah lengkap hingga dosis kedua. 

Andai standar pencegahan maksimal dosis kedua dan asumsi jumlah penduduk Indonesia 270 jiwa, berarti baru mencapai 42,7 persen dari target 70 persen herd immunity nasional 

"Artinya masih diperlukan kerja keras untuk mencapai herd immunity 70 persen cakupan vaksinasi pertama dan kedua," demikian kata Wakil Presiden Maruf Amin seperti dilansir dari Antara News (06/10/2021). 

Bila standar herd immunity belum tercapai, lalu mengapa wadah cuci tangan mulai menghilang keberadaannya? 

Apa barangkali warga sudah tak antusias lagi atau merasa tidak mencuci tangan juga tidak masalah buat diri sendiri karena sudah divaksin minimal vaksin pertama? Entahlah. 

2. Turunnya jumlah kasus Covid

Tidak bisa dipungkiri kalau yang ini juga bisa jadi salah satu acuan. Ketika jumlah terpapar melonjak, tindakan preventif dilakukan mendadak dalam skala luas. Manakala kasus menurun, kelonggaran merebak dimana- mana. 

Padahal fungsi dari wadah cuci tangan tak hanya untuk mencegah penularan Covid 19, tapi juga beraneka penyakit lain yang disebabkam oleh virus dan juga bakteri lewat sentuhan tangan. 

3. Pemborosan biaya dari segi ekonomis

Berapa biaya membuat satu wadah cuci tangan? Mungkin tak terlalu besar, tapi yang lumayan mengeruk kantong si penyedia itu biaya tisu dan air. 

Harga tisu tidak murah, mau tisu gulung yang biasa dipakai di toilet atau tisu wajah, perlu berlembar-lembar bila membasuh dan mengeringkan tangan. 

Sebagai gambaran, tisu wajah salah satu merk yang berisi 250 lembar per kotak untuk pemakaian sehari-hari di rumah, harganya 15 ribu. Itu pun dalam satu bulan bisa habis hingga 2 kotak padahal yang paiak orangnya enggak sampai 10 orang. 

Bagaimana bila lebih banyak yang menggunakan? Tentu sedikit beda dengan harga sabun, baik sabun padat atau sabun cair yang secara pemakaian oleh orang banyak masih kalah boros dibanding tisu. 

Apa lantaran itu bila diamati memang masih ada wadah cuci tangan yang disediakan, namun tanpa tisu? Cuman sabun dan air, lha nanti ngelapnya di mana setelah bersabun? Bisa jadi baju atau celana si pengunjung jadi sasaran, hehe... 

Lain lagi biaya airnya bila itu air dari PDAM atau menggunakan sumur pompa dengan tenaga listrik. Mungkin karena alasan ekonomis ini jadi makin berkurang penampakkan wadah cuci tangan. 

4. Anggapan bahwa warga ke mana-mana sudah bawa hand sanitizer dan tetap pakai masker

Bisa jadi ini salah satu alasan. Realitanya meski masker terpasang, tapi tidak menjamin warga ke mana-mana bawa hand sanitizer di tas atau di kendaraan mereka. Padahal pandemi masih ada dan berlanjut dengan varian Omicron. 

Jadi apakah masih harus tetap sediakan wadah cuci tangan? 

Baiknya kembali lagi pada seberapa penting dan sejauh apa dampaknya terhadap si penyedia dan orang-orang di lingkup penyedia tersebut. 

Keluar biaya sudah pasti, namun tujuannya meminimalkan resiko terpapar dari virus. Tidak menyediakan juga tidak salah, asalkan bisa mengantisipasi resiko penularan. 

Sejatinya selalu mencuci tangan dengan air dan sabun adalah salah satu cara mencegah beragam penyakit, tak hanya Covid 19 namun ragam virus lainnya.

Baca juga: Pertimbangan Tempat Jaminan Surat dan Dokumen Aset Ketika Mengajukan Kredit yang Kerap Diabaikan Nasabah

Salam

Brader Yefta

Referensi : 1 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun