Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bunga Deposito Dana Darurat buat Bayar Asuransi, Serasa Uang Tak Pernah Keluar

7 Mei 2021   05:04 Diperbarui: 7 Mei 2021   09:30 2713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi deposito. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Just Sharing...

Sudah 4 tahunan ikut asuransi plus tabungan. Bila hingga nanti di Bulan Juni 2024 tak ada klaim, dana dikembalikan utuh ke rekening pribadi. 

Mengapa sebegitu yakin akan balik semuanya? Karena demikian ketentuan di polisnya. Jadi bukan berdasarkan perkataaan karyawan pemasar di bank,  yang dulu menawari. 

Pada akhir jangka waktu perlindungan, nasabah akan menerima pengembalian 100% dari total premi yang telah dibayarkan. Itu tercetak dipolisnya. 

Premi per bulan 200 ribu. Dipotong setiap tanggal 20 an selama 8 tahun. 

Apakah nominal segitu termasuk besar dan berat bagi ukuran dompet orang Indonesia, tentunya tergantung pada masing-masing. 

Sebenarnya ada juga yang lebih murah di bawah premi segitu dan sudah pernah ikutan selama 3 tahun. 

Dalam kurun waktu segitu, dari 2013 sampai jatuh temponya di 2016, tak ada resiko yang terjadi. 

Akhirnya dipulangin uangnya tapi hanya separoh alias 50 persen, sesuai perjanjian polis. 

Pertanyaannya mungkin, apakah saya merasa rugi,menyisihkan sebelumnya 150 ribu per bulan selama 3 tahun, lalu sekarang 200 ribu setiap bulan selama 8 tahun? 

Jawaban pastinya tidak. Karena sejumlah alasan ini : 

Dokpri_ Waktu terus berjalan, kelolalah lebih awal.
Dokpri_ Waktu terus berjalan, kelolalah lebih awal.
1. Uang 150 ribu atau 200 ribu, relatif bagi orang per orang, tapi pengeluaran konsumtif non kebutuhan, bisa jadi lebih besar dari itu. 

Saya tak merokok. Itu dari usia abg labil hingga dewasa sekarang. Namun saya sadar, suka ngopi, bahkan sehari bisa 2 gelas. 

Bila berhitung, ditotal sebulan semua pengeluaran tuk minum kopi atau beli sebungkus rokok, jumlahnya bisa sama besar atau melebihi nominal premi asuransi bulanan. 

Itu baru rokok dan kopi. Belum ditambah pembayaran ini dan itu, yang sifatnya bukan kebutuhan (pokok atau sekunder), tapi hanya keinginan sesaat demi memuaskan hawa nafsu dan godaan.

Yang kadang-kadang dibilang cuman pengeluaran receh, namun bila dikalkulasi dalam sebulan, jumlahnya bisa lebih besar dari 200 ribu. 

Coba analisa sendiri dari pola dan ragam konsumtif apa saja yang tanpa sadar bisa bikin terhenyak : ternyata totalnya lumayan juga ya. 

2. Uang premi asuransi segitu, dibayarkan dari bunga deposito dan tabungan. 

Saya pernah menulis di bulan lalu,  sila dibaca dengan judul Ketika THR Digunakan Untuk Membeli Aset Tanpa Pengeluaran dari Gaji. 

Inilah manfaat lain dari dana darurat yang didepositokan (di mana THR juga dimasukkan ke sana). 

Karena setiap bulan ada premi sekian yang mesti dibayar, dana darurat didepositokan untuk mendapatkan bunga deposito bulanan, yang akan dialihkan sebagai uang premi. 

Jadi dari beberapa tahun lalu, sudah dibuat dua rekening di bank yang sama. 

Rekening satu digunakan sebagai rekening gaji (payrol) di mana cicilan premi akan didebet juga. Satunya lagi rekening dana darurat. 

Bunga deposito dari rekening darurat, ditransfer ke rekening yang akan dipotong preminya. 

Karena sama banknya, otomatis tak ada biaya transfer. Sudah hampir 8 tahunan seperti itu polanya. 

Jadi sebenarnya, tuk premi segitu, sepertinya tak merasa keluar uang. Gaji bisa dialihkan buat kebutuhan yang lebih penting. 

Di satu sisi, dana darurat juga tak berkurang karena dengan deposito, otomatis mengerem niat mengambil atau ditarik. 

3. Uang 200 ribu dibagi 30 hari hanya Rp.6.700,-per hari. 

Prinsip uang receh -receh bisa jadi uang besar, kadang diabaikan orang banyak. 

Padahal realitanya nominal uang yang menurut kita besar, terdiri dari sejumlah pecahan nominal kecil. 

Misalnya seorang pekerja di daerah yang sudah menikah dengan tanggungan 1 istri dan 1 anak, punya gaji 5 juta. 

Terkadang rasanya berat bagi dia menyisihkan 200 ribu per bulan selama 10 tahun tuk asuransi plus tabungan, yang bisa diambil utuh 10 tahun kemudian. 

Padahal bila dihitung-hitung, uang 200 ribu itu setara dengan 7 ribu per hari. Coba bandingkan dengan rokok, ngopi, ngemil snack, beli paket buat nonton yotub konten artis, dan lain-lainnya. 

Rasanya malah lebih dari cukup tuk bayar premi sekian. 

Cuma sayangnya kadang yang bikin orang merasa berat itu selain 200 ribunya, dilihat juga jangka waktunya. 

Padahal bila dia analisa uang-uang recehnya pergi ke mana aja, selama sekian tahun dia bekerja, kadang malah dia bingung sendiri. 

Kerja sekian lama, ke mana aja uangnya. Nah lho. 

4. Makin kecil usia, makin kecil premi. 

Jangan tunggu sampai tua karena akan lebih besar preminya padahal manfaat nya sama dengan nasabah usia muda.  

Asuransi termasuk dalam tata kelola finansial sehubungan kehidupan yang kita semua manusia jalani. 

Ada risiko meninggal, kecelakaan, cacat, kecelakaan dan kehilangan nyawa. 

Baru saja terjadi tragedi tenggelamnya kapal selam Nanggala 402 yang menimpa para prajurit TNI AL. 

Bersyukur para pahlawan laut ini mendapat bantuan asuransi dan jaminan pensiun bagi para ahli waris yang ditinggalkan. 

Pelajarannya adalah tak semua warga di Indonesia bisa menjadi anggota TNI atau PNS karena porsinya juga terbatas. 

Mereka yang beruntung dan terpilih, sudah ada perlindungan finansial sebagai proteksi keluarga. 

Itu pun tidak gratis, karena dipotong dari gaji selama mengabdi. 

sumber:findglocal.com
sumber:findglocal.com
Sama halnya pada sebagian pekerja formal pada perusahaan swasta, yang biaya asuransinya kesehatannya dibayar dari sekian persen gaji yang disisihkan oleh kantornya. 

Bedanya manakala pekerja swasta ini resign, karena pandemik misalnya, otomatis berhenti juga asuransi kesehatannya alias kembali pake BPJS. 

Untuk asuransi jiwa sebagai proteksi, hampir pasti tak ada karena pada perusahaan swasta umumnya hanya memfasilitasi asuransi kesehatan non pemerintah dan BPJS saja. 

Di siniilah pertimbangannya. 

Alangkah baiknya, mengelola penghasilan sebagai rezeki dengan semua instrumen investasi (termasuk deposito),  agar dapat menyisihkan sebagian sebagai premi asuransi.

Selain memperoleh manfaat proteksi dari UP (Uang Pertanggungan) bila terjadi resiko, andai pun tidak, masih mendapatkan sejumlah dana  di masa depan, sesuai ketentuan pada polis. 

Pada jenis yang saya ikuti, masih bisa dapat hampir 20 juta di 4 tahun lagi. Padahal tak merasa ada uang yang dikeluarkan selama sekian tahun berjalan. 

Makin besar preminya, makin besar  yang kelak bisa didapatkan. Makin muda umurnya, makin kecil preminya. 

Saran dan Manfaat, Kaitannya dengan Edukasi Finansial

Bukan berapa banyak uang yang kita dapat, tapi seberapa bijak mengelola uang yang diperoleh. 

Rejeki itu dari Sang Khalik, bagian kita adalah mengelola apa yang dikaruniakan. 

Baca juga : Sudah Dapat Kerja atau Buka Usaha, Tak Salah Pertimbangkan Tabungan Plus Asuransi

Saya dulu ngga mau ikutan asuransi, karena mikirnya masih muda dan kok serasa didoktrin dengan persoalan ajal dan sebagainya. 

Bahkan merasa berat sekali saat itu di tahun 2013, manakala menyerahkan fotokopian KTP. 

Tapi sekarang....dengan bertambahnya umur dan pengetahuan soal mengelola keuangan, jadi makin sadar dan teredukasi. 

Apa yang bisa disarankan lewat tulisan ini antara lain : 

1. Tentukan di awal, mau ikut asuransi tipe mana. 

Ada asuransi tradisional tanpa investasi, ada asuransi dengan model unit link yang sempat heboh karena ada unsur tabungan. 

Bila mau investasi, jangan alihkan dana ke asuransi. Tapi bila memang berniat proteksi aset, baiknya ikutlah asuransi dengan nominal premi yang dirasa mampu. 

2. Proteksi aset, dijamin oleh asuransi

Hidup manusia adalah aset. 

Ketika misalnya membayar premi sebesar 200 ribu dengan UP 200 juta, atau premi 1 juta dengan UP 500 juta, akan bisa diklaim manakala terjadi resiko, meski baru 1 tahun berjalan padahal jangka waktunya 10 tahun. 

Pikirkan utang kredit kendaraan di perusahaan finance, atau kredit di bank, angsuran rumah yang masih sekian tahun, dan utang -utang lainnya. 

Ketika pencari nafkah meninggal, dengan cara apa melunasi,maaf kata, bila ada utang? Dibebankan kah pada ahli waris ? 

Tidakkah itu akan memberatkan kehidupan anak dan cucu? 

Dengan semasa hidup, beliau terdaftar sebagai nasabah asuransi, betapa diringankan beban anak cucunya manakala sebagian utang bahkan seluruhnya, dapat terbayar dari klaim asuransi. 

Tak harus jual rumah, tanah ato kendaraan. Bahkan lebihnya bisa sebagai bekal pendidikan tanggungannya. 

Ini benefit lain dari menjadi kepesertaan. Mengalihkan potensi risiko dengan mengelola pendapatan dan penghasilan. 

3. Sebelum putuskan ikut, galilah informasi sebanyak mungkin dari petugas yang dipercaya dan akan selalu mendampingi. 

Jadi nasabah asuransi itu lama, minimal 8 tahun atau 10 tahun. Bahkan ada yang seumur  hidup. 

Karena itu, carilah banyak informasi perihal manfaat, hak dan kewajiban, hingga proses klaim dan contoh kasus termasuk contoh klaim yang sudah dicairkan. 

Ini berguna sekali karena kita membayar tuk waktu yang panjang. 

Kepada siapa yang memasarkan dan menawarkan produk tersebut, bertanyakah lebih banyak dan lebih dalam. 

Lebih baik terang di depan, daripada gelap atau remang-remang di belakang. 

Lihat juga reputasi perusahaannya dan track record-nya sejauh mana. Ke mana saja dana para nasabah dikelola atau ke instrumen investasi mana saja dan dengan cara apa saja. 

Karena tanggung jawab besar sebuah perusahaan asuransi adalah pada klaim nasabah. 

Karena produk utama asuransi adalah proteksi, bukan investasi atau fasilitas kesehatan yang hanya sebagai tambahan (biasanya disebut rider). 

Proteksi meliputi besaran klaim yang mesti dibayarkan sesuai ketentuan yang tertera pada polis. 

Oleh karena itu, penting juga nasabah untuk membaca poin demi poin pada polis di dalam masa tunggu (freelook istilahnya) yang kalo tidak salah, lamanya 14 hari setelah polis diterima. 

Semoga tulisan ini, bisa sedikit mengedukasi,

Salam, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun