Proses aktualisasi diri yang telah tercapai pada usia di bawah 30 tahun ini, mungkin akan stagnan (hibernasi) hingga keinginan untuk mencari jati diri lagi muncul di akhir 30 an atau awal 40 tahun ke atas. Itu barangkali ada istilah life begins at forty.Â
Masalahnya ada yang positif, ada yang nyerempet ke negatif hingga kebablasan.Â
Contoh positip misalnya, artis di tanah air, jelang usia 40 ke atas, yang dulu tak mengenakan hijab, mulai beralih ke busana tersebut. Entah alasannya karena sudah tak laku bersaing dengan yang bintang muda, atau pengen menunjukkan dirinya seakan -akan inilah identitas diri yang baru. Tak sedikit yang terjun ke politik. Niat berkontribusi di masyarakat, dengan modal popularitas di usai muda. Banyakkan contohnya
Contoh negatif juga ada. Di kisaran usia tersebut, ada yang kepengen nunjukkin dalam tanda kutip, masih kuat atau masih laku untuk mendapatkan selingkuhan atau partner seks yang lebih muda.Â
Bisa tidur dengan mereka bahkan dapetin hatinya, bisa dimaknai bahwa yang bersangkutan masih jago dalam urusan yang begituan.. Apalagi didukung faktor kemapanan yang sudah dimiiliki.Â
2. Tuntutan lingkungan dan jaman
Apakah salah emak-emak update status dengan foto kekinian yang trendy? Mengenakan kaca mata hitam dengan rambut berwarna sebagai foto profil kendati usia sudah 17 lari jauh meninggalkan lintasan 40.Â
Biasa aja kali. Apalagi itu platform media sosial milik sendiri. Mau foto narsis atau foto diendors juga tak jadi soal. Terlihat awet muda dan seksi (meski mungkin hasil editing...hehe), rasanya tak ada hukum yang melarang.Â
Bersaing dengan gadis -gadis milenial nan muda -muda di Instagram dan facebook juga itu bisa dibilang puber kedua. Apalagi bila aslinya juga masih cantik sehingga suami sendiri makin betah di rumah. Bukan suami orang ya..Ups.Â
Demikian juga para pria. Masih rajin olahraga kesukaanya , ngegym atau menekuni hobbi lain. Selain baik buat kesehatan mental dan fisik, juga melatih ketangkasan dan reflek, yang cenderung menurun sejalan dengan bertambahnya usia.Â
Membaca dan menulis juga baik untuk mata, otak dan pikiran, Asal tidak olahraga mata melihat yang 'bening-bening'di tempat kerja atau waktu nganterin pasangan belanja. Kayaknya itu bukan tuntutan kekinian, tapi godaan masa kini.Â