Terbelit kesulitan uang, sehingga tak mampu membayar uang kos bulanan. Entah bagaimana awalnya, terjadi transaksi seksual sebagai barter nya.Â
Diawali dengan pandangan mata terhadap tubuh si anak kos yang masih kencang dan mulus, ditambah interaksi kedekatan yang terbangun lama selama ngekos, sang bapak pun menembak peluru rayuan.Â
Kesempatan dalam kesempitan dana yang dialami si cewek  itu pun dimanfaatkan. Bagi si wanita muda, keperawanan bukan yang utama, dan dari tuturan teman perempuan lain tetangga kamarnya, dia sudah beberapa kali pacaran tak sehat dengan para mantannya.Â
Singkat cerita, transaksi pun terjadi. Ujung-ujungnya nya adalah sang istri, yakni ibu kos, kaget menemukan sejumlah obat kuat di lemari  kamar. Sepanjang pengetahuannya, sesuai penuturannya pada saya, tak pernah melihat sang suami mengkonsumsi yang demikian.Â
Namun kisah kelabu sang bapak kos dengan anak kos, tak pernah di tau sama ibu kos. Hanya rekan-rekan sang perempuan yang tahu. Kini si wanita muda itu tak lagi tinggal di sana. Bisa panjang urusannya nanti.Â
Hmm...bukankah kisah -kisah yang mirip -mirip, bisa terjadi juga di tempat lain.
Apa hubungannya puber kedua dan beraneka kisah di atas?Â
Sederhananya adalah puber kedua tak berdiri sendiri. Hampir selalu ada faktor pendorongnya. Bisa dari dalam diri sendri maupun dari luar (lingkungan membentuk).Â
Mana kala melihat seorang yang sudah matang dan senior secara umur dan pengalamann, ditambah kemapanan secara finansial, lalu terjadi sejumlah perubahan pada diri dan perilakunya, tentulah ada alasan penyebabnya. Bisa jadi karena hal -hal ini dibawah ini ( ini hanya pemikiran sendiri)
1. Aktualisasi diri (dorongan dari dalam diri)
Pada puber pertama, ketika akil balik, dari anak -anak ke remaja, proses mencari jati diri mulai berkembang. Tandanya adalah setiap orang pada usia ini, terutama rentang umur belasan hingga 20 an awal, akan mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing. Ingin dikenal sebagai apa dan ingin menjadi apa.Â