Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dag Dig Dug Visa dan Makan Malam Pencitraan, Serpihan Perjalanan ke Korea Selatan (Bagian 2)

16 Desember 2020   14:05 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:40 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari  item demi item di atas, yang pertama di urus sudah pasti paspor. Kami yang berangkat ada sekitar 14 orang, terdiri dari 5 tim. Empat tim dari 4 kantor cabang, yakni Sumbawa, Malang, Singkawang dan Denpasar,  dan 1  tim dari Divisi IT di kantor pusat. Beberapa rekan sudah punya paspor lama.

Saya, Uki dan Ade, yang satu tim dari Sumbawa, belum ada paspor, Jadi itu yang dibereskan dahulu. Saya juga buatnya di Sumbawa meski kartu identitas nya Bali. Info dari pegawai Imigrasi, paspor tuk WNI, bisa dibuat di kantor imigrasi mana pun, asalkan lengkapi dokumen. 

Antara lain copy e KTP asli, copy KK,copy akte lahir, meterai 6 ribu dan biayanya sebesar 350 ribu. Dokumen akte lahir, dapat diganti dengan copy ijazah sekolah/universitas,  atau bisa juga surat baptis (bagi pemeluk agama kristen). 

Meski yang diserahkan adalah foto kopi nya, namun pihak imigrasi akan meminta ditunjukkan dokumen asli untuk dibandingkan.  

Karena berangkatnya ngegrup, semua peserta mesti beres administrasinya agar bisa diajukan ke konsulat. Kami juga ikutan kepo, apa sih pentingnya dokumen lain selain paspor. Ternyata ada alasan dan pertimbangan tertentu. 

Surat referensi bank asli dalam bahasa inggris dan rekening koran 3 bulan terakhir, berguna untuk memverifikasi bahwa yang mau masuk ke negara mereka ,punya cukup saldo tabungan. Pertimbangannya demi biaya hidup si pendatang dan keperluan lainnya, selama sekian hari di sana. 

Dari pengalaman beberapa hari di sana, dengan asumsi 1000 won korea = 12 ribuan rupiahnya Indonesia, setidaknya bila makan sehari 3 kali, paling tidak habisnya 15 ribu won. 

Ini asumsi sederhana versi  analisa sendiri. Jadi ceritanya saat mampir di pusat perbelanjaan di Dongdaemun, saya ijin sebentar jalan-jalan sendiri ke para pedagang kaki lima di emperan. 

Ngetes aja beli kopi murah seperti hal nya kita di Indo, pesan kopi segelas di warung kopi. Harganya bervariasi antara 1000 won hingga 2000 an, tergantung mau yang dingin apa yang panas. 

Dengan kisaran harga segitu, bila di Indo di warkop, kopi 5000 segelas. Bila makan nasi campur dengan lauk ayam atau telur, harga rata-rata 2 hingga 4 kalinya. antara 10 ribu hingga 20 ribu. Segitu kan biasanya ya. Daging ayamnya ayam potong ya, bukan ayam kampung apalagi ayam kampus. Ups. 

Jadi kalo sekelas pedagang kaki lima di Seoul, kopi sebotol dibanderol 1500 won, palingan harga makanannya bisa 3 x dari harga kopinya. Antara 4500 hingga 6000 Won sekali makan. Kurang lebih segitu, karena dari browsing di media, tak jauh berbeda versi makan murah di sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun