Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Mama dan Kisah 2 Guru yang "Menerbangkan" Saya

27 November 2020   00:26 Diperbarui: 28 November 2020   07:40 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Saya sadar sepertinya tak lulus. Selain postur yang sedikit bungkuk, keinginan tuk menjadi seorang TNI atau Polri, juga tak sebegitu menggelora sejak kecil. 

Lebih tertarik jadi pegawai kantoran, yang menjelajah negeri . Namun karena ngga enak dan juga menghormati arahan dari Sang Kepala Sekolah,saya ikut aja prosesnya. 

Hasilnya keluar sesuai prediksi. Saya tak lulus, tapi ada satu dua teman, yang melangkah ke tahap selanjutnya. Perihal ketidaklulusan itu saya sampaikan ke beliau. Dan luar biasanya...beliau tetap peduli hingga pengumuman ujian akhir nasional. 

"Mau lanjut kemana?" tanyanya

"Belum tau Bu. Kalo kuliah, harus ke SMA. Tapi masih ada tanggungan adik, kayanya ngga cukup pensiunan papa.Bisa sih tapi...palingan D1 atau D2," jawab saya

"Nem kamu bagus, masuk SMA Negeri aja. Di sana biasanya ada tawaran beasiswa dari pemerintah dan yayasan untuk siswa terpilih. Ibu percaya kamu bisa dapat agar bisa kuliah ke luar daerah. ," saran beliau. 

Saya iya kan saja,meski sadar orang tua saya,dalam hal ini Mama, tak punya angan dan mimpi sejauh itu buat anaknya. Menjadi single parent ditinggal suami meninggal dengan 3 anak yang masih kecil,sudah merupakan beban yang dirasakan bagi beliau.

Memang ada sih jaminan pensiun Papa yang bisa menanggung saya dan kakak juga adik hingga berumur 25 tahun, sesuai peraturan kepegawaian negeri sipil untuk tanggungan 3 anak dan istri. 

Dan memang seperti itu yang kami rasakan hingga saya kuliah, meski jumlahnya akan berkurang setelah masing-masing anak mencapai usia yang disyaratkan karena dianggap sudah bisa mandiri.

Namun bagi Mama saya, yang kini sudah berpulang 5 tahun lalu, sampai anak-anaknya tamat SMA, sudah luar biasa. Perjuangan seorang Ibu single parents.

Mungkin karena itu,terkenang dalam memori. Setiap bulan saat terima gaji pensiun, entah lewat PT Taspen atau kadang dialihkan ke Bank Pembangunan Daerah, kami diajarkan untuk berdoa agar dana yang diterima, digunakan untuk tujuan baik,salah satunya untuk biaya sekolah.

"Kalo tidak sekolah, ko mau jadi apa." nasihat Mama yang selalu didengungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun