Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya, adalah seperti buah apel di pinggan perak....(Proverb)
Selamanya saya akan ingat pada guru. Bukan karena tanggal 25 November kemarin  diperingati sebagai Hari Guru. Namun, saya punya kenangan pribadi terhadap 2 guru yang merubah jalan hidup saya. Â
Kedua pendidik ini dihadirkan Tuhan untuk 'menerbangkan' saya dari kotak tempurung.
Guru pertama seorang wanita berdarah Batak. Berasal dari Sumatra Utara. Punya suami seorang PNS eselon di kantor gubernur (sekarang biasa disebut kantor pemprov). Saat saya SMP, usianya mungkin sudah 40an.
Perawakan sedang, rambut lurus dipotong pendek dan berkulit putih. Bentuk wajah kotak dengan aksen suara khas batak kala mengajar.Â
Keras dan tegas. Selain menjabat sebagai kepala sekolah, Ibu satu putri ini juga mengajar mata pelajaran Matematika.Â
Saat kelas 3 (sekarang kelas 9 namanya), beliau memanggil saya ke ruangannya. Di ruang kerja dimana dia diserahi tanggung jawab oleh kedinasan memimpin sebuah SMP negeri di ibu kota propinsi itu, saya duduk di depannya. Layaknya anak remaja tanggung usia belasan.Â
"Kamu yang namanya Adolf?" tanya nya sembari membetulkan kaca mata ples yang menutupi bola matanya
"ya Bu," jawab saya , sambil main - main kuku jari
"Orang tua kerja dimana?" tanya nya lagi
"Papa PNS tapi sudah almarhum. Kami tinggal dengan Mama,' jawab saya, polos -polos aja