Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Dulu Buku Harian Digembok Rapat, Kini "Kisah Harian" Diumbar Terbuka di Media Sosial

1 Agustus 2020   21:16 Diperbarui: 4 Agustus 2020   13:51 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku harian, jadi tempat curhat andalan generasi dulu| Sumber:pixabay.com/4956365-4956365

Saking berharganya coretan-coretan tangan milik generasi Baby Boomers, generasi X, dan sebagian generasi Y itu, tak sedikit di antara mereka me-lockdown alias digembok rapat. Tak ingin diketahui orang lain.

Jangankan sahabat terdekat. Kakak, adik, bahkan orangtua pun tak mendapat kartu wild card tuk mengintip ke dalam buku tersebut. Ke mana-mana dibawa. Diaryku besertaku. Bak dua sisi mata uang. Tak terpisahkan. Aku dan kamu adalah satu. 

Merebaknya kisah buku harian pada masa tumbuh kembang generasi-generasi ini, juga terinspirasi oleh generasi sebelumnya, yakni generasi Perang Dunia 1, generasi perang hingga generasi klasik, yang gemar menulis apa saja yang terjadi di seputaran hidup mereka.

Catatan-catatan harian itu, tak sedikit yang menjadi populer lantaran merekam kejadian penting di era itu. Misalnya Anne Frank, gadis keturunan Yahudi kelahiran tahun 1929. 

Coretan tangan gadis kecil ini saat masih bocah hingga usia pra remaja, akan sisi gelap perlakuan Jerman selama menduduki Belanda pada Perang Dunia II, yang berdampak atas dirinya dan keluarganya yang tinggal di Amsterdam kala itu. Buku tersebut terkenal dengan nama The Diary of a Young Girl. 

Secara logika, kita yang hidup pada era sekarang, juga bisa menyimpulkan bahwa penulis-penulis terkenal pada masa lampau adalah pengkisah buku harian. Tak ada perangkat komputer untuk mengetik, hanya mesin ketik.

Namun bila karena satu dan lain hal, mereka berada di alam bebas atau alam penjara, dimana mereka mencoretkan semua ide dan kegalauan yang muncul di kepala? 

Bisa jadi di lembaran-lembaran media, yang dianggap sebagai buku harian bagi mereka. Apa yang dilihat, apa yang diamati dan apa yang dirasakan. Mendorong jari-jari bergerak. Menari di atas kertas. Membentuk kata dan kalimat. Menjadi tulisan. 

Sebagian besar tak diketahui orang lain, hingga akhirnya kumpulan curahan hati dan jiwa itu menjadi sebuah novel, cerpen ataukah puisi. 

Mereka mungkin adalah Pramoedya Ananta Toer, Suwarsih Djojopuspito, N.H Dini, Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, hingga Andrea Hirata,dan masih banyak yang lain. 

Era dan tahun lahir boleh berbeda. Namun ada kesamaan: menuliskan keresahan, harapan, cita-cita, pergumulan pribadi, dan rekaman kejadian di seputaran hidup mereka, pada masa dan era itu, ke dalam lembar demi lembar kertas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun