Mohon tunggu...
D. Adnindya Amalia
D. Adnindya Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajabatan UM

All we need is freedom. Be humble, be kind, be the ♡.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

World Mental Health Day

10 Oktober 2020   20:09 Diperbarui: 10 Oktober 2020   20:15 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Okay, langsung aja, cus . . .

Apa sih World Mental Health Day itu?

World Mental Health Day (WMHD) atau Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober dalam rangka memberikan pendidikan, kesadaran, juga bantuan hukum terkait kesehatan mental dan emosional. WMHD pertama kali dirayakan pada tahun 1992 atas inisiatif dari World Federation for Mental Health (WFHM), yaitu sebuah organisasi yang mewadahi penyadaran tentang kesehatan mental dengan anggota lebih dari 150 negarra, dan didukung pua oleh World Health Organization (WHO). Today digunakan untuk mengingatkan kita demi menjaga kesehatan mental.  Kesehatan jiwa (mental health) adalah kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial. Pentingnya kesehatan mental perlu disadari karena kesehatan mental dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku kita.

WMHD dibuat, karena masyarakat di dunia masih memiliki kesadaran yang sedikit mengenai gangguan mental dan masalah terkait lainnya yang merupakan masalah penting. At least, dari data WHO tahun 2002, ada 12% dari total populasi di dunia yang menderita sakit mental. Artinya, ada sekitar 1 dari 4 orang di dunia ini yang menderita sakit mental, paling minimal mengalami depresi, every day. Nggak banyak juga yang menyadari bahwa istilah "sehat" juga mencakup "sehat mental", bukan sekedar "sehat fisik".

WHO bahkan sudah sejak lama mendefinisikan sehat sebagai sehat fisik, sehat mental, dan sehat sosial. Sehat mental sendiri didefinisikan sebagai sehat secara psikologis, di mana seseorang mampu mengenali potensi-potensi yang ia miliki, mampu menghadapi dan dan menyelesaikan stress yang muncul dari kehidupan normal yang dijalani sehari-hari, mampu berkegiatan secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi di lingkungan, komunitas, sekolah, kantor, dan lainnya.

Dengan adanya WMHD, masyarakat di seluruh dunia diajak untuk lebih mengetahui dan meningkatkan kesadaran tentang beragam bentuk kondisi mental yang kita miliki, apa saja jenis gangguan/masalah/sakit mental, dan pada akhirnya dapat membantu diri sendiri dan orang lain saat membutuhkan dukungan dan bantuan untuk menyembuhkan sakit mental yang diderita.

Menurut data WHO (2016), terdapat  sekitar  35  juta  orang  terkena  depresi,  60  juta orang  terkena  bipolar,  21  juta  terkena  skizofrenia,  serta  47,5  juta  terkena  dimensia. Data   Riskesdas   2018 memunjukkan   prevalensi   ganggunan   mental   emosional   yang ditunjukkan  dengan gejala-gejala  depresi  dan  kecemasan  untuk  usia  15  tahun  ke  atas mencapai  sekitar  6.1%  dari  jumlah  penduduk  Indonesia.  Sedangkan  prevalensi  gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Menurut National  Alliance  of  Mental  Illness  (NAMI) berdasarkan  hasil  sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di perkirakan 61.5 juta penduduk yang berusia lebih dari  18  tahun  mengalami  gangguan  jiwa,  13,6  juta  diantaranya  mengalami  gangguan  jiwa berat  seperti skizofrenia,  gangguan  bipolar. Jumlah  penderita  gangguan  jiwa  dari  tahu nke tahun   mengalami   peningkatan.

Berdasarkan  data Riskesdas (2018) diatas, diketahui  data  penderita  gangguan  jiwa berat  yang  cukup  banyak  di  wilayah Indonesia dan  sebagian  besar  tersebar  di  masyarakat dibandingkan  yang  menjalani  perawatan  di  rumah  sakit,  sehingga  diperlukan  peran  serta masyarakat dalam     penanggulangan gangguan jiwa. Peran masyarakat dalam penanggulangan  gangguan  jiwa  akan  dapat  terbangun  jika  masyarakat  memahami  tentang peran dan tanggungjawabnya dalam penanggulangan gangguan jiwa di masyarakat.

Menurut WHO dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia (10/10/2020), 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penggunaan alkohol dan setiap 40 detik satu orang meninggal karena bunuh diri. Kini di tengah pandemi Covid-19, ancaman kesehatan mental semakin memengaruhi dan memberi dampak yang lebih jauh. Even though, di seluruh dunia, orang yang memiliki akses layanan kesehatan mental relatif sedikit. WHO mencatat negara dengan penghasilan rendah dan menengah, lebih dari 75% orang dengan gangguan mental, neurologis dan penyalahgunaan zat tidak menerima pengobatan yang sesuai kondisi mereka.

Di Indonesia, kita cenderung mengganggap "sehat mental" atau "sehat jiwa" sama dengan "tidak gila". Maknanya terkesan dipersempit hanya sebatas "gila" dan "tidak gila". Unfortunately, makna "gila" yang dipahami sebagian masyarakat juga terbatas pada "gila hingga berbicara seorang diri", "keluyuran tidak jelas di jalanan", "berbicara sendiri tidak tentu arah pembicaraan", dan sebagainya.

Banyak juga yang menjadikan isu kesehatan mental sebagai bahan bercanda dan tertawa. Jika ingat dengan kasus Vickynisasi yang kontroversial, mungkin akan ingat juga dengan Tony Blank, seorang penderita Schizophrenia yang ikut dijadikan bahan tertawa. One of them because Vicky diangggap "murid" Tony Blank.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun