Mohon tunggu...
Alfareza Ahmad
Alfareza Ahmad Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya adalah menulis dan membaca apalagi saat sedang mumetnya berfikir

Selanjutnya

Tutup

Seni

Memulung Harapan di Serakan Sampah Perkotaan

9 September 2025   22:48 Diperbarui: 9 September 2025   22:48 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Q. Arbi dan karya-karyanya. (Sumber: Alfareza Ahmad)

Reza- Walaupun hari masih pagi, sekira pukul 08.00 waktu Indonesia bagian tengah, bintik-bintik peluh tampak di wajah Muhammad Q. Arbi. Pagi itu kami duduk berbincang di gedung semi-terbuka yang penuh dengan material sampah dan beberapa mesin pengolah limbah. Gorontalo memang terkenal dengan cuacanya yang panas. Apalagi di komplek tempat kami berbincang itu yang juga merupakan pemukiman tempat tinggal Arbi, yakni Kelurahan Donggala, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo. Tak ubahnya dengan wilayah perkotaan yang lain, di tempat itu tak cukup banyak pohon untuk menghalau terik dan melembabkan udara.

Sambil sesekali mengusap peluhnya, Arbi mulai membuka perbincangan tentang perjalanan hidupnya.

"Saya datang pertama kali ke Gorontalo itu sebagai karyawan sebuah perusahaan," ujar Arbi mengenang awal perjalanannya mengadu nasib di Gorontalo.

Sambil sesekali mengusap peluhnya, Arbi mulai membuka perbincangan tentang perjalanan hidupnya.

Arbi adalah seorang pria kelahiran Ternate 1979 yang masa mudanya dihabiskan dengan bekerja di banyak tempat. Namun, sejak 2010, Arbi memutuskan untuk menetap di Gorontalo.

"Setelah sering berpindah tempat kerja, saya akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri karena tempat kerja yang selalu berpindah-pindah tempat," ucap Arbi menambahkan.

Arbi tak menjelaskan secara rinci terkait pekerjaannya sebagai karyawan di sebuah perusahaan itu. Karena perbincangan kami berfokus pada pekerjaan yang dia geluti sekarang, yakni pemulung sekaligus pengrajin yang mengantongi beragam penghargaan. Banyak penghargaan yang telah dia raih, dari tingkat kecamatan hingga nasional. Arbi dihargai karena dinilai sebagai orang yang berdedikasi pada kelestarian lingkungan hidup melalui aktivitasnya yang konsisten mengolah sampah menjadi berbagai kerajinan yang estetik.

"Saat itu, saya memperhatikan segerombolan pemulung yang sibuk memunguti sampah di depan Toko Santika. Mereka terlihat begitu fokus dan bersemangat, seolah-olah menemukan kebahagiaan dalam pekerjaan mereka," ucap Arbi melanjutkan.

Saat itu Arbi mulai merasa tertarik dengan pemandangan yang dia lihat. Perlahan sambal memberanikan diri, dia mulai mendekati salah satu pemulung di sana yang menurutnya ramah dan berpengalaman yaitu Mas Iwan.

"Mas Iwan menjelaskan kepada saya jenis sampah yang dia kumpulkan, berupa kardus bekas dan plastik. Saya terkejut saat mendengar bahwa penghasilannya bisa mencapai Rp200.000 dalam sehari dengan mengumpulkan sekitar 100 kg sampah. Saya pun berpikir, 'mengapa tidak mencoba?'"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun