Oleh : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan
Pesona Lucky Hakim Bupati Indramayu mulai meredup dalam 100 hari kerja pertama ketika harapan publik mulai bertemu dengan realitas kebijakan. Ketika janji tak terbitkan bukti. Ketika  janji manis kampanye mulai diuji pahit getir kehidupan sehari hari.Â
Teriakan "Lucky Pembohong" (judul berita media "TribunJabar", 23/6/2025) dalam unjuk rasa warga eretan wetan terdampak banjir Rob saat "menggeruduk" Pendopo "kantor bupati" baru sebuah pengantar bagaimana rakyat mulai tidak sabar menagih "cicilan" janji janji.
Data survey "Cesda" (Centre Of Statistics And Data Analysis) periode 27 Mei - 2 Juni 2025 mengkonfirmasi mulai meredup dan memudarnya pesona Lucky Hakim dalam persepsi publik. Dalam100 hari kerja tingkat kepuasan publik terhadap Lucky Hakim sebesar 58%, gabungan dari 9% "sangat puas" dan 49% "cukup puas".Â
Tingkat kepuasan publik sebesar 58% di bawah basis elektoral Lucky Hakim saat terpilih dalam pilkada sebesar 67%. Ini menandai bahwa tingkat keyakinan publik atas kesungguhan Lucky Hakim bekerja demi maslahat publik mulai merosot dan nflasi atau penyusutan pesona
Inilah yang disebut Noams Chomsky, seorang pakar "politik bahasa", bahwa politik adalah tentang memberi bukti, tentang memberi "tuntunan" dan tentang memberi keteladanan alias "Ing Ngarso Sung Tulodo".Â
Ini berbeda dengan politik sebagai "panggung'", kata Noams Chomsky, hanya menyuguhkan "tontonan" cepat saji, diback up kerumunan kaum buzzer sewaan dan penjilat "unlimited", tak memberi arti, bahkan membuat "sumpek" suasana hati.
Data survey "Cesda" di atas menemukan "pembalikan" persepsi publik satu sisi publik secara urutan dari yang paling tinggi menuntut Bupati segera beberes "kemiskinan", diikuti pemberantasan korupsi birokrasi, penyediaan lapangan kerja, perbaikan jalan rusak, dan lain lain di bawahnya.
Sebaliknya di sisi lain kepuasan publik dalam100 hari kerja Bupati Lucky Hakim justru rendah dalam hal beberes kemiskinan, publik hanya puas 26%, birokasi bersih hanya puas 27% kecuali relatif "lumayan" dalam akses pendidikan (59%), kesehatan (58%) dan layanan umum (60%).