“Apa yang kau lakukan?” Tanya Sasa
“Emmm… tidak.” Jawabku dengan sedikit gugup
“Semalam kau yang menolak, kok tiba-tiba kau yang meminta”
“Ooooh… itu, kebetulan aku lagi nggak enak badan, makanya kayak gitu sikapku,” mendengar alasan itu, Sasa langsung tersenyum dan berbalik badan.
Kini Sasa yang pura-pura menolak, sikap Sasa membuat aku bingung, tapi tangan nakalku tak bingung malah makin gila. Mungkin ia sedang menahan birahinya karena jemariku yang nakal, aku tahu perasaannya. “jangan canggung, kamu pasti sedeng menikmatinya,” tanpa perduli apapun, kini jemariku sudah semakin jauh bahkan di sudut paling gelap.
Sebelumya, ranjang ini sudah pernah basah. Waktu itu, aku dan pacarku yang sudah pisah sekitar dua tahun lalu, pernah melakukan senam di seper tiga malam. Aku yang menjadi guru olahraga, sangat bersemangat mengajar pacarku yang memang gemar sekali dengan pelajaran itu. Kita sering melakukannya seminggu tiga kali, itupun ada ekstra kurikuler di pagi dan siang.
Sasa kemudian memegang erat tanganku disaat aku sedang mengingat masa lalu yang begitu indah kalua diulangi. Sasa mulai merangkul tubuhku, kemudian jari kecilnya menyentuh bibrku. Kini malam kita terasa seperti siang hari, saling peluk satu sama lain, aku dan Sasa mulai berebutan tempat paling nyaman untuk menghabiskan malam ini.