Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puber Kedua Gara-gara Reuni SMA

24 Desember 2020   07:31 Diperbarui: 25 Desember 2020   21:58 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang saling cinta ...
Bermesra di sekolah ...
S'lalu berdua berjalan ...
Di sela-sela rumput sekolah kita ...
Oh, indahnya ...

Nostalgia SMA kita ...
Indah lucu banyak cerita ...
Masa-masa remaja ceria ...
Masa paling indah ...

Nostalgia SMA kita ...
Takkan hilang begitu saja ...
Walau kini kita berdua ...
Menyusuri cinta ....

Kutipan dari lagu Nostalgia di SMA yang dipopulerkan oleh Paramitha Rusady di tahun 1988 ini memang diakui sangat membuai syair syairnya. Gambaran betapa indahnya masa SMA, yang merupakan masa dimana seorang insan manusia beranjak dari masa anak-anak menuju masa muda dan dewasa .

Jika saat ini anda berusia antara 40 -- 45 tahun, maka saat-saat inilah masa yang ditunggu-tunggu untuk berkumpul kembali dengan rekan-rekan almamater anda di SMA dulu dalam reuni perak atau 25 tahun semenjak lulus SMA.

Banyak diantara kita yang ingin melepas rindu ketemu dengan sahabat karib dan teman sekelasnya, ada juga yang kepo ingin tahu kabar rekan sebangku yang mungkin sudah belasan tahun tidak bersua namun ada pula yang punya misi khusus untuk tampil mempesona bertemu dengan sang pujaan hati sewaktu di SMA.

Reuni akbar ataupun reuni terbatas SMA selalu saja memberikan dampak implikasi yang bagaikan dua mata pisau, ada yang positif namun ada yang negatif nan destruktif. Acara reuni apalagi dengan note ketentuan acaranya tidak boleh membawa keluarga, menurut saya pribadi ini akan banyak mudharatnya dibandingkan dengan manfaatnya.

Sedikit berbeda dengan reuni perak teman-teman SD atau SMP yang notabene (saat di bangku sekolah) masih bisa dibilang jiwanya anak-anak dan hanya sedikit sekali yang menjalin hubungan asmara itupun paling juga cinta monyet semata. Mayoritas, siswa di SMA bisa dibilang sudah lebih dewasa dan ketertarikan dengan lawan jenisnya lebih terasa letupannya sebagai akibat dari makin matangnya hormon-hormon dalam tubuhnya. Maka tak heran, sering kita jumpai (bahkan mungkin salah satunya adalah anda) cukup banyak muda mudi sekolah lanjutan atas yang "sudah berani" memadu kasih, mendeklarasikan telah pacaran, atau hanya sekedar TTM (teman tapi mesra) sewaktu di SMA.

Untuk itu penulis menggaris bawahi, terdapat potensi-potensi munculnya puber ke 2 dengan trigger reuni SMA. Terutama bagi mereka yang dulu pernah punya pacar sewaktu di SMA, namun tidak berlanjut ke pernikahan dikarenakan sesuatu dan lain hal, pastilah memiliki tingkat kerawanan paling tinggi ketika bertemu kembali (setelah sekian lama tak berjumpa) dalam acara reuni SMA.

Tidak menutup kemungkinan juga, mereka yang dulu sewaktu SMA tidak ada ketertarikan bahkan mungkin tidak saling mengeal, namun ketika reuni SMA seperti menemukan oase di tengah sahara kehidupan, semuanya serba menakjubkan dan serba ada kecocokan yang tentunya ada trigger cerita-cerita masa SMA yang melekatkan keakrabannya istilah bahasa jawanya kuthuk marani sunduk.

Bukannya penulis memprovokasi untuk tidak menghadiri reuni SMA, namun ada baiknya memitigasi resiko, mempertimbangkan baik buruknya dan yang paling penting tetap menjaga amanah serta komitmen dengan keluarga di rumah. Jika dirasa kita mampu mengendalikan diri agar tidak larut dalam suasana yang ujung-ujungnya Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK) atau puber ke2 sih why not. Tapi jika tidak sebaiknya tidak usah menghadiri, dan kalaupun hadir usahakan bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun