Mohon tunggu...
Aditya Hera Nurmoko
Aditya Hera Nurmoko Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIE YKP Yogyakarta, Pengamat Ekonomi dan Bisnis, Peneliti, Konsultan, Komisaris, Pegiat Sosial dan Budaya

Hobi Menulis, Wiridan, Baca Buku dan Jurnal, Olah Raga, Tidur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ringkasan Kumpulan Cerita Rakyat Banyumas

18 Maret 2023   01:15 Diperbarui: 18 Maret 2023   01:25 7340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita rakyat Banyumasan juga menjadi wadah untuk mengenalkan identitas budaya masyarakat Banyumas. Dalam cerita rakyat, dapat terlihat jelas bagaimana cablaka dan sikap egaliter menjadi identitas budaya masyarakat Banyumas yang tergambar dengan jelas. Tragedi Sabtu Pahing, misalnya, merupakan salah satu contoh cerita rakyat Banyumasan yang mengandung pendidikan karakter yang cocok sebagai sumber pembelajaran di sekolah.

Secara keseluruhan, cerita rakyat Banyumasan sangat penting dalam mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai lokal. Dalam cerita rakyat ini, terdapat banyak gambaran budaya, kearifan lokal, perilaku, karakter, dan nilai-nilai moral masyarakat Banyumas. Oleh karena itu, cerita rakyat Banyumasan dapat menjadi sumber pembelajaran bagi siswa dan guru untuk mengapresiasi dongeng berbasis budaya Jawa dan mengidentifikasi nilai-nilai serta kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Banyumas.

Contoh Cerita Rakyat Banyumas yang Mencerminkan Nilai-Nilai Lokal

Banyumas adalah sebuah kabupaten di Jawa Tengah, Indonesia, dengan warisan budaya yang kaya yang meliputi cerita rakyat dan peribahasa. Kisah-kisah tersebut mencerminkan nilai-nilai lokal masyarakat Banyumas. Peribahasa Banyumas misalnya banyak digunakan untuk menyampaikan kearifan lokal tertentu. 

Peribahasa mencerminkan perilaku dan karakter yang membangkitkan semangat nasionalisme. Salah satu peribahasa tersebut adalah "sada seler kanggo nyapu sajagad", yang berarti "satu tulang daun lontar digunakan untuk menyapu seluruh dunia"(Agus Sapto Nugroho at all, 2019). Pepatah ini dapat diartikan bahwa masyarakat Banyumas tidak membutuhkan banyak hal untuk mencapai hal-hal besar.

Babad Banyumas merupakan sumber nilai lokal lainnya di Banyumas. Ini adalah teks sejarah yang menceritakan kisah penguasa masa lalu di kawasan itu dan prestasi mereka. Teks tersebut mencerminkan budaya dan nilai-nilai lokal kehidupan sosial masyarakat Banyumas.

Lengger Banyumas merupakan kelompok tari tradisional yang juga mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai yang terkandung dalam bentuk mitos kesuburan (Irmayanti Meliono, 2012).  Mitos Dewi Sri menceritakan tentang pelindung petani dalam menjaga kesuburan bumi. Lengger Banyumas berfungsi sebagai mediator antara masa lalu dan masa kini, serta melengkapi momen-momen tertentu dalam kehidupan sosial masyarakat di Banyumas.

Kesimpulannya, ada beberapa contoh cerita rakyat dan tradisi Banyumas yang mencerminkan nilai-nilai lokal. Ini termasuk peribahasa, teks sejarah seperti Babad Banyumas, dan kelompok tari tradisional seperti Lengger Banyumas. Kisah-kisah ini mencerminkan nilai-nilai budaya yang penting seperti nasionalisme, kesederhanaan, dan kebersamaan.

Ringkasan  Babad Banyumas

Babad Banyumas adalah kumpulan cerita rakyat yang mengisahkan tentang sejarah Banyumas. Babad Banyumas mengandung banyak hikmah dan menjadi sumber rujukan utama bagi siapa saja yang ingin mengetahui sejarah Banyumas. Konon, Babad Banyumas memiliki banyak naskah, namun tidak satupun buku Babad Banyumas yang bisa didapatkan masyarakat sebagai bacaan (Babad Banyumas.com, 17 Oktober 2022).

Sejarah Banyumas adalah sejarah tentang perkembangan daerah kabupaten Banyumas di Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas secara modern mulai berdiri pada abad ke-16 Masehi, tepatnya saat kejayaan Kesultanan Pajang. Saat itu, terjadi kesalahpahaman antara Sultan Hadiwijaya dari Pajang dengan Adipati Wirasaba ke-6 dari Wirasaba. Kesalahpahaman itu membuat Adipati Wirasaba meninggal dunia (Kompas, 5 Februari 2022). Sesampainya di Wirasaba, Adipati Warga Utama II lantas membagi daerah Wirasaba menjadi empat bagian, yaitu: Wilayah Kejawar inilah yang kemudian dikenal dengan Kabupaten Banyumas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun