Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Missionaris dan Dekolonisasi Pikiran

28 September 2025   20:44 Diperbarui: 28 September 2025   20:44 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dekolonisasi dan Similaris Pemikiran, sumber : Adhyp Glank

Cina dan Akar Pemikiran Barat : Keruntuhan Kerajaan dalam Penjajahan Pikiran Masyarakat Cina


Perjalanan sejarah bangsa Cina pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 merupakan sebuah narasi kompleks tentang benturan antara tradisi dan modernitas, antara keagungan masa lalu dan arus perubahan yang dipengaruhi oleh kekuatan Barat. Dalam diskursus akademik modern, perhatian terhadap akar-akar barat dalam pembentukan Cina kontemporer semakin menjadi tema sentral, terutama dalam melihat dampak penjajahan dan infiltrasi pemikiran Barat terhadap masyarakat Cina, keruntuhan kerajaan, dan pembentukan negara modern. Peran tokoh-tokoh seperti Sun-Yat-Sen dan Mao Zedong, serta pengaruh misionaris dan institusi pendidikan Barat, menjadi relevan dalam memahami transformasi besar yang dialami negeri tirai bambu ini.Menganalisis secara kritis bagaimana pengaruh Barat, melalui pendidikan, agama, dan ekonomi, telah menanamkan akar-akar pemikiran baru di Cina, sehingga berkontribusi terhadap keruntuhan dinasti-dinasti tradisional dan terciptanya perpecahan ideologis di masyarakat. Melalui pendekatan historis dan sosiologis, makalah ini akan menguraikan proses penjajahan pikiran yang terjadi, serta menyoroti konsekuensi jangka panjangnya terhadap identitas nasional dan struktur sosial Cina modern.

Latar Belakang Sejarah dari Dinasti, Penjajahan, dan Modernitas
Tradisi Kekaisaran dan Kejatuhannya. Selama berabad-abad, Cina diperintah oleh sistem kekaisaran yang berbasis pada legitimasi Konfusianisme dan tatanan hierarkis yang mapan (Fairbank & Goldman, 2006). Dinasti Qing, sebagai dinasti terakhir, menghadapi tantangan besar berupa korupsi internal, stagnasi ekonomi, dan tekanan eksternal dari kekuatan kolonial Barat. Kejatuhan Dinasti Qing pada tahun 1911 menandai berakhirnya era kekaisaran dan dimulainya era baru yang penuh gejolak (Spence, 1999).

Penetrasi kekuatan Barat ke dalam struktur sosial dan politik Cina terjadi melalui berbagai mekanisme, termasuk perang candu, perjanjian tidak adil, dan kehadiran misionaris Kristen. Proses ini tidak hanya mengakibatkan kerugian ekonomi dan teritorial, tetapi juga mengikis otoritas simbolik kaisar sebagai putra langit (Esherick, 2000).

Pendidikan Barat dan peran aktivitas misionaris memainkan peran kunci dalam membentuk generasi intelektual dan pemimpin baru Cina. Banyak tokoh revolusioner, termasuk Sun Yat-Sen, menerima pendidikan dari lembaga-lembaga yang didirikan oleh misionaris Kristen (Bays, 2012). Sun-Yat-Sen, misalnya, mendapat pendidikan di bawah bimbingan London Missionary Society dan Congregational Church of the United States, yang memberikan fondasi pemikiran modernitas dan nasionalisme (Wang, 2014).

Keluarga Charlie Soong, seorang pengusaha besar di bidang percetakan dan perbankan yang juga seorang misionaris di Shanghai, memiliki peran penting dalam membangun jaringan intelektual dan finansial yang mendukung gerakan revolusioner. Soong dan anak-anaknya, yang berpendidikan di Vanderbilt University dan Duke University, menjadi penghubung antara elite Cina dan dunia Barat (Yen, 2011).

Perpecahan Ideologi dan Awal perpecahan dan perang saudara, Perkawinan politik antara Sun Yat-Sen dan Chiang Kai-Shek dengan keluarga Soong merupakan simbol dari integrasi nilai-nilai Barat dalam politik Cina. Namun, integrasi ini juga membawa dampak perpecahan ideologi antara kelompok nasionalis dan komunis, yang kemudian memicu perang saudara berkepanjangan (Fenby, 2008). Persaingan antara nasionalisme sekuler dan komunisme, yang keduanya mengadopsi elemen-elemen Barat, menjadi cerminan dari konflik identitas dan krisis arah di tengah masyarakat Cina.

Penjajahan pikiran atau kolonialisasi mental adalah proses di mana nilai-nilai, norma, dan cara berpikir masyarakat lokal digantikan atau didominasi oleh sistem pengetahuan dan ideologi asing (Ngugi wa Thiong'o, 1986). Dalam konteks Cina, proses ini terjadi melalui dua jalur utama yakni pendidikan dan agama.

Pendidikan Barat tidak hanya memperkenalkan pengetahuan ilmiah, tetapi juga membawa serta cara berpikir rasional, kritis, dan individualistik, yang bertentangan dengan tradisi kolektif dan hierarkis Cina (Hayhoe, 1996). Di sisi lain, agama Kristen yang dibawa oleh misionaris mempromosikan nilai-nilai egalitarianisme dan universalitas, yang menggerus otoritas agama dan budaya lokal seperti Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme (Bays, 2012).

Sun Yat-Sen, yang dikenal sebagai Bapak Bangsa Cina, adalah contoh nyata dari hasil pendidikan Barat yang kemudian menjadi katalisator perubahan di Cina. Melalui pendidikan yang diterimanya, ia mengembangkan konsep nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat (San Min Chu I), yang jelas merupakan adaptasi dari pemikiran politik Barat (Schwartz, 1964).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun