Mohon tunggu...
Adinda Alfi Saniyyah Pohan
Adinda Alfi Saniyyah Pohan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Collegian

Chocolate Fondue :)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Me, Love, You

5 Desember 2021   14:10 Diperbarui: 5 Desember 2021   14:46 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Memang benar ternyata. Bahwa cinta itu Random. Kau tak akan bisa menebak-nebak pada siapa kau akan menaruh hati. Atau kapan kau siap untuk benar-benar jatuh hati. Semuanya terjadi begitu saja, dengan tiba-tiba. 

Aku cukup tahu tentang itu. Karena sejujurnya aku merasakan itu. 

Aku dingin, aku cuek, aku keras, aku jutek. Tak mudah didekati, tak mudah jatuh hati. Karena bagiku, mencintai seseorang itu adalah sesuatu yang sangat berharga.

Percayalah satu hal ini, jika kau adalah tipe orang yang mudah membagi-bagi cintamu pada setiap lawan jenis, maka bersiaplah bila kelak, pasangan hidupmu memiliki sifat yang sama sepertimu. Karena aku percaya bahwa Allah itu adil, maka aku sangat menghargai arti cinta yang sesungguhnya dan bukan hanya permainan anak muda belaka.

"Macan betina" kata mereka. Tak apa. Memang seperti inilah aku. Garang, tak seramah dan selembut kelinci. Tapi sesungguhnya, semua itu kulakukan sebagai bentuk penjagaan diri.

Wanita itu berharga. Maka yang bisa kulakukan adalah menghargai diriku sendiri terlebih dahulu, barulah orang lain akan menghargaiku, benar kan? 

Satu hal yang paling kuingat dari ibuku. "Jadilah seperti kupu-kupu, cantik untuk dilihat, namun sukar untuk digapai". Ya, walaupun pada akhirnya  orang-orang menganggapku bagaikan macan, tapi ambil saja sisi positifnya. Macan itu kuat, galak, pemarah.  Namun seekor macan betina tidak akan membiarkan anak-anaknya begitu saja. Ia akan selalu merawat mereka, hingga kelak bisa sekuat dan sehebat ibunya.

Dan seiring berjalannya waktu, semakin dewasa pula aku. Tak terasa, aku merasakan hal yang biasa disebut oleh orang-orang sebagai perasaan 'rindu'. Aku biasa merasa rindu pada keluargaku. Namun kali ini, rasa ini tumbuh kepadanya. Dia yang mampu meluluhkan hati "macan betina" ini. Bukan dengan kata-kata manis ala lelaki penggombal pada umumnya. Sederhana saja, memang hanya berawal dari pertemuan, kemudian pertemanan, hingga pada akhirnya, rindu itu datang. 

Kami memang tak pernah membahas soal rasa. Semua berjalan begitu saja dengan notifikasi-notifikasi yang mengundang canda, tawa, hingga air mata. Kami membahas segala hal, kami membahas semesta, kami membahas semuanya, kecuali satu hal yang tadi aku sebutkan, tentang rasa.

Tak besar harapanku padanya, entah dia merasakan rasa yang sama atau tidak, biarlah. Biar waktu yang menjawab. Dan juga pada-Nya aku mengharapkan segala hal yang terbaik bagi kami. Biarlah dia tak tahu tentang perasaanku. Lagipula, sejak awal kita memang hanya sebatas teman, bukan? 

Manusia selalu bisa berencana, namun pada akhirnya Allah yang akan memutuskan. Jadi, entah bagaimanapun kisah yang akan kami rasakan di hari esok, biarlah menjadi rahasiaNya. Yang terpenting, aku berjanji bahwa suatu saat, dia yang akan menjadi imam dalam setiap sujudku hingga di akhir hayatku akan merasa beruntung karena aku yang akan selalu menghargai hakikat dari ketulusan cinta. :) #DearNoOne 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun